Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Potret Hijau Pengelolaan Tambang yang Bertanggung Jawab

15 April 2016   01:03 Diperbarui: 15 April 2016   01:22 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Potret hijau di lahan bekas tambang"][/caption]Rambo. Begitulah nama yang diberikan oleh warga setempat untuk kendaraan yang kami naiki, sebuah jeep yang didesain untuk melintasi medan jenis all terrain. Siang menjelang sore, saat kami berangkat dari Pantai Lakban menuju Messel, lokasi yang dulunya adalah tambang emas PT Newmont Minahasa Raya. Jalan aspal mulus dan landai yang melewati perkampungan dengan pohon-pohon yang asri, kemudian berubah menjadi tanjakan menuju perbukitan.

Beberapa kali kami menjumpai tambang rakyat di kiri-kanan jalan. Dengan peralatan sederhana semacam drum-drum berputar yang disambungkan melalui sabuk yang terhubung dengan motor penggerak, warga setempat mengolah bongkahan batuan bercampur tanah untuk mendapatkan bijih emas. Meski deposit emas di Messel telah habis, namun tempat di sekitarnya masih menyimpan logam mulia.

[caption caption="Si Rambo yang tangguh menjelajah"]

[/caption]Jalan aspal kemudian berubah menjadi jalan berbatu yang membuat si Rambo dan para penumpangnya terpental-pental. Berdiri sambil berpegangan pada palang besi yang ada di kabin belakang mobil adalah pilihan yang lebih baik bagi kami daripada harus duduk dengan pantat yang sakit saat terbentur tempat duduk yang keras. Dari tempat kami berdiri, nampak deretan pohon mahoni dan jati di sisi jalan. Kami beberapa kali menundukkan kepala agar terhindar dari benturan dengan dahan pohon yang menjulur ke sisi jalan.

Rambo berhenti di satu tempat, dan kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jalan setapak kami lalui, menembus pohon-pohon rimbun yang ada di kawasan reklamasi pascatambang. Hasil survey yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi menyatakan bahwa ada 155.814 pohon dari 145 spesies dan 59 famili yang tumbuh dengan baik, selain 109 jenis burung yang melakukan migrasi dan menetap dihutan reklamasi ini seperti rangkong Sulawesi, flowerpecker, dan kadalan Sulawesi. Bahkan Tarsius Sp, primata endemik Sulawesi juga ditemukan.

[caption caption="Berjalan kaki di tengah hutan"]

[/caption]Kemudian kami berhenti di satu titik, sebuah gardu pandang dengan pagar tembok yang menjadi pembatas dengan jurang di bawahnya. Dari tempat ini kami bisa melihat pit (lubang tambang) Messel yang kini menjadi danau sedalam 40 meter berisi air berwarna biru kehijauan. Pohon-pohon berada di sekitar danau, menutupi bekas area tambang emas PT Newmont Minahasa raya. Jauh di ujung sana kami bisa melihat Teluk Buyat yang indah.

[caption caption="Hutan reklamasi dilihat dari Bukit Harapan di Pantai Lakban"]

[/caption]Sulit untuk memercayai bahwa apa yang kami lihat ini dulunya adalah sebuah tambang. PT NMR melakukan eksploitasi tambang di tempat ini selama kurun waktu tahun 1996 – 2004, setelah sebelumnya melakukan tahap eksplorasi dan AMDAL (1986-1994) dan tahap konstruksi (1994-1996). Setelah eksploitasi selesai, tahun 2004 – 2007 masuk ke tahap pascatambang  yaitu pembongkaran dan rehabilitasi. Selanjutnya masuk ke tahap pemantauan pasca tambang (2008-2011) dan pengakhiran Kontrak Karya (2011 – 2016).

 [caption caption="Dari tambang kembali menjadi hutan (dok. PT NMR)"]

[/caption]Isu-isu lingkungan dan kegiatan tambang memang menjadi dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Kerusakan lingkungan acap terjadi sebagai dampak dari sebuah pertambangan yang tidak bertanggung jawab.Pencemaran air tanah, hutan yang gundul dan kerusakan lingkungan lainnya adalah contoh yang sering kita lihat. Namun hutan reklamasi yang kami lihat di Messel ini setidaknya menjadi bukti bahwa kelestarian lingkungan tetap bisa dijaga jika pertambangan dikelola secara bertanggung jawab. Hutan reklamasi ini direncanakan akan dijadikan sebuah kebun raya. Ini adalah kebun raya pertama di dunia yang dibangun di area bekas tambang emas.

[caption caption="Aktivitas tambang oleh warga"]

[/caption]Kami kembali berjalan kaki menuju tempat di mana Rambo diparkir, untuk selanjutnya kembali ke Lakban. Namun ada sebuah tanda tanya yang muncul ketika kami melintasi tambang-tambang rakyat yang aktif beroperasi. Akankah tambang-tambang ini juga akan bertanggung jawab terhadap lingkungan? Sebuah pertanyaan yang perlu dijawab oleh warga pelaku tambang, dan tentunya juga pemerintah daerah setempat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun