Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Run for Love

15 Februari 2016   00:15 Diperbarui: 15 Februari 2016   20:10 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai di checking point pertama pada kilometer ke-7. Hari masih gelap, dan para peserta beristirahat sejenak sambil minum air yang disediakan. Beberapa potong semangka dan sebotol air aku nikmati. Lalu aku melanjutkan berlari dan tak mau berlama-lama berhenti, mencoba mendahului peserta lain yang nantinya aku yakin merek akan mendahuluiku kembali.

 

Jalur tanjakan masih harus dilalui pagi itu. Hari mulai terang dan langit cerah berawan. Aku melepas jas hujan dan menikmati jalur perbukitan di kawasan selatan Yogyakarta itu. Beberapa aku kali berhenti untuk memotret pemandangan dan berselfie, seperti yang juga dilakukan peserta lainnya. Lalu berlari atau berjalan saat melewati jalan tanah yang licin dan basah setelah diguyur hujan.

Jam 6.40 aku tiba di check point kedua di kilometer ke-14 di Gua Jepang, kesempatan untuk minum dan beristirahat sejenak. Aku mencoba melihat catatan panitia, ternyata aku sudah berada di urutan 150-an dari para peserta yang mencapai check point ini. Pemandangan di tempat ini cukup indah. Dari atas bukit dengan beberapa gua atau lubang persembunyian yang dibangun pada masa penjajahan Jepang ini, aku bisa melihat hijaunya hamparan pepohonan dan juga laut selatan di ujung sana. Tak mau berlama-lama, aku melanjutkan lomba dan meninggalkan peserta lainnya.

Aku mulai merasa nyeri di bagian pangkal paha kiri selepas checking point kedua. Mau tak mau aku lebih sering berjalan daripada berlari, apalagi jalur yang dilewati kebanyakan berupa jalan setapak yang tak lebih dari 50 senti meter lebarnya melintasi ladang milik penduduk atau hutan. Lalu saat berganti dengan jalan aspal yang lebar, aku mencoba berlari sebisanya agar tidak terlalu banyak kehilangan waktu. Entah sudah berapa kali peserta lain yang aku tinggalkan di checking point kedua kembali mendahuluiku.

Beberapa kali aku sempat ngobrol dengan peserta lain. Bagi kami yang sudah berada di urutan kesekian, menikmati jalur perlombaan dan menjalin pertemanan adalah lebih penting daripada berlari mengejar juara. Sebisa mungkin menyelesaikan lomba hingga garis akhir, dan syukur kalau bisa mencapainya sebelum batas waktu yang ditetapkan. Namun tak jarang aku berlari seorang diri karena tertinggal peserta lain. Aku pun mencoba menguatkan diri dengan berbincang dengan adikku, seolah-olah dia berada di sampingku. Atau mengingat masa-masa indah kami berdua sewaktu kecil dulu.

 

Tiba di checking poin ketiga pada kilometer 21, aku melihat banyak peserta yang beristirahat di sini. Aku tak mau berlama-lama di tempat ini, dan segera melanjutkan lomba meningalkan mereka. Empat kilometer terakhir adalah jalur yang relatif landai dan tidak lagi melewati perbukitan. Namun bukan berarti akan mudah untuk menyelesaikan lomba.

Gumuk pasir (bukit pasir) adalah medan yang harus dilalui. Meski baru jam 9 pagi, panas matahari terasa menyengat. Satu botol air yang aku bawa dari checking point ketiga tadi sudah habis isinya, sementara nyeri di paha kiri juga cukup membuatku kesulitan untuk berlari. Kondisi ini hampir membuatku menyerah dan berhenti melanjutkan lomba. Dengan sisa-sisa tenaga, aku bisa melewati gumuk pasir ini dan masuk ke pantai Depok, dan akhirnya mencapai finish dalam waktu 6 jam 13 menit.

***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun