Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Satu Jam di Benteng Pendem Cilacap

18 November 2015   22:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   00:35 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepeda motor dengan plat berhuruf depan R yang kami naiki berdua Sabtu pagi itu akhirnya memasuki kawasan wisata Teluk Penyu yang terletak di tenggara kota Cilacap. Lima belas menit sebelumnya saya dan Adi bertolak dari kediaman teman saya tersebut di Tritih Wetan, lalu mulai melintasi Jl. Tentara Pelajar dan jalan-jalan protokol di Cilacap dalam cuaca sedikit mendung. Kami terus menyisir sepanjang jalan di tepi Teluk Penyu kemudian memasuki kompleks Pertamina Area 70 Cilacap, sebelum akhirnya berhenti di area Benteng Pendem.

Setelah memasuki gerbang dan membayar tiket 5 ribu rupiah, saya tidak segera melihat bangunan layaknya benteng yang pernah saya kunjungi sebelumnya di Jogja, Makassar atau Bengkulu. Kami terus berjalan melintasi kios-kios penjual souvenir dan makanan, dan saya sempat berpikir pesimis bisa menyaksikan tembok-tembok pertahanan yang tinggi dan kokoh. Namun perkiraan saya keliru, karena bangunan utama benteng memang berada agak ke dalam yang akan dicapai beberapa puluh meter setelah gerbang tempat membayar tiket masuk.

Bangunan utama Benteng Pendem dikelilingi kanal atau parit dengan lebar belasan meter. Sebuah jembatan melintas di atas kanal tersebut, yang akan membawa kita memasuki benteng seluas 6,5 hektar yang berada di area milik Pertamina. Beberapa tangki pengolahan minyak milik perusahaan plat merah tersebut bisa terlihat dari kawasan Benteng Pendem ini.

Kami melintas di jembatan tersebut dan masuk ke bangunan paling depan yang terbuat dari bata merah. Perlu sedikit menundukkan kepala untuk masuk ke pintu bangunan ini mengingat pintu tersebut tidak terlalu tinggi. Dilihat dari luar, yakni dari arah jembatan, bangunan ini berbentuk tembok memanjang dengan lubang-lubang jendela berbentuk persegi yang lebarnya 1 atau 2 jengkal saja, yang berfungsi sebagai lubang tembak. Di sisi dalam, ada ruangan-ruangan berukuran relatif luas pada bangunan depan ini.

Kusbatterij op de Landtong te Tjilatjap, demikian Belanda memberi nama untuk benteng yang dibangun antara tahun 1861-1879 ini. Jika diterjemahkan artinya adalah tempat pertahanan pantai di atas tanah yang menjorok ke laut menyerupai bentuk lidah. Jepang sempat menguasai benteng ini pada tahun 1942. Namun 3 tahun kemudian, Belanda kembali menguasainya hingga tahun 1950.

Tahun 1950-1952 sempat mengalami kekosongan penguasaan, sebelum akhirnya dijadikan sebagai markas oleh TNI dari tahun 1952 hingga 1965. Tahun 1965 kembali benteng ini terlantar hingga akhirnya pada tahun 1986 dimanfaatkan untuk penempatan tangki-tangki minyak Pertamina. Pada tahun 1986 itu juga, dilakukan penggalian dan penataan Benteng Pendem dan mulai tahun 1987 resmi dibuka sebagai tempat wisata.

Dari bangunan depan tersebut kami bergerak ke sisi kiri untuk melihat area lainnya yang ada di Benteng Pendem. Bukit-bukit atau timbunan tanah yang ditumbuhi pepohonan hijau menyembunyikan keberadaan bangunan benteng. Itulah mengapa Benteng Pendem dinamakan (pendem artinya pendam atau timbun).

Pada sisi kiri benteng bisa dijumpai beberapa ruang yaitu ruang amunisi, ruang penjara dan terowongan. Konon terowongan ini tersambung dengan beberapa gua dan benteng yang terdapat di Pulau Nusakambangan. Namun informasi tersebut saat ini masih belum ada bukti kebenarannya. Sayang saat itu kami tidak didampingi pemandu dan juga tidak membawa senter, sehingga tidak bisa masuk lebih dalam ke ruangan yang ada.

Dari sisi kiri, kami berjalan menyusuri jalan setapak untuk menuju sisi kanan benteng. Jalan ini berhimpit dengan kanal air atau parit menjadi pembatas luarnya. Di seberang kanal, beberapa kilang dan bangunan milik Pertamina begitu jelas terlihat. Beralih ke sisi kanan benteng, ada bangunan memanjang yang kondisinya cukup terawat. Bangunan ini mempunyai kamar-kamar yang difungsikan sebagai barak prajurit.

Di area tengah dari Benteng Pendem ini ada sebuah bukit yang di atasnya tumbuh pohon sangat besar yang menaungi sebuah cungkup (makam). Tak jauh dari bukit ini, ada bangunan benteng dengan kamar-kamar yang berfungsi sebagai ruang non pertahanan seperti ruang pengobatan, dapur atau ruang akomodasi.

Satu jam kami berkeliling Benteng Pendem, sebuah peninggalan sejarah di Cilacap. Secara umum kondisinya cukup bagus dan perlu pengelolaan memadai sebagai tujuan wisata sejarah. Keluar dari benteng, sebuah keindahan lainnya menanti kami. Sejenak kami beristirahat dan menikmati Pantai Teluk Penyu yang sempat kami lewati sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun