Bertempat di Kopitiam Tan, SCBD, Jakarta Selatan, acara Kopdar Bebas Berbagi pada Sabtu 19 September 2015 yang diadakan oleh FWD Life berlangsung menarik. Selama tiga jam, kopdar terbagi dalam dua bagian utama yaitu presentasi dari lima finalis Bebas Berbagi 2015 dan talkshow mengenai passionpreneur yang menghadirkan Adelia Leonora (founder Travas Life dan pemenang FWD Life Passionpreneur sebelumnya), Yukka Harlanda (CEO Brodo Footwear), Dedy Dahlan (pendiri Passionpreneur Academy), Indra Uno (Komisaris PT Seratoga Investama Sedaya Tbk.) dan Paul Setio Kartono (CFO FWD Life).
Puncak acara kopdar ini diisi dengan pengumuman pemenang Bebas Berbagi 2015 setelah para juri melakukan penilaian terhadap kelima finalis yang melakukan presentasi dan tanya jawab pada sesi sebelumnya. Sebelumnya, FWD Life telah mengadakan workshop virtual bagi para passionpreneur dengan menyediakan serangkaian kelas online pada microsite bebaskanlangkah.com/bebasberbagi. Sebanyak 3.500 peserta dan 1.399 ide bisnis berhasil dkumpulkan, dan selanjutnya FWD Life bersama dengan DreamLab Indonesia memilh enam proposal terbaik berdasarkan penilaian inovasi, originalitas dan kesinambungan. Namun dari enam proposal (finalis), hanya lima saja yang bisa hadir di acara kopdar untuk mempresentasikan proposalnya kepada investor dan peserta kopdar.
Kelima finalis tersebut adalah Anggia Rahendra dengan idenya “Plua” sebuah aplikasi online untuk manajemen peluang, Fitri Kumala dengan “Star Wannabe” untuk manajemen talenta musik, Alicia Van Akker dengan “Rumah MC Indonesia” yaitu sebuah one stop service untuk MC dan pubic speaking, Ignatius Leonardo dengan “Kulit Kayu” yang membuat produk kayu tanpa menebang pohon, dan Rinda Gusvita dengan ide “StarBooks Coffee” sebagai social business untuk memberdayakan petani kopi dan meningkatkan minat baca. Alicia Van Akker akhirnya terpilih menjadi pemenang pertama, sementara Anggia Rahendra dan Ignatius Leonardo sebagai pemenang kedua dan ketiga.
Keberhasilan Alicia ini selain karena kemampuannya mempresentasikan ide bisnis Rumah MC Indonesia dan menjawab pertanyaan dari para juri, juga karena bagaimana bisnisnya tersebut sudah sukses berjalan beberapa tahun terakhir. Alicia dan seorang temannya, Restu Diantina Putri, mendirikan Rumah MC Indonesia pada tahun 2012 di Depok, dimana keduanya masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir dan juga memiliki kesamaan passion sebagai MC (master of ceremony). Mereka membuat sebuah konsep agensi yang diperuntukkan untuk MC dan dikelola secara professional dengan menetapkan standar bagi para MC yang bergabung.
Bagaimana hitung-hitungan bisnis dari Rumah MC Indonesia, secara gamblang Alicia memaparkan hal tersebut pada slide yang ditayangkan saat presentasi.
Pembicara lain, Paul Setio Kartono memberikan tips manajemen finansial, yaitu perlunya mempertimbangkan juga resiko dalam berbisnis. Perlu dicatat juga bahwa memisahkan uang untuk keperluan usaha dan untuk keperluan pribadi perlu dilakukan bagi para pebisnis pemula. Sementara Indra Uno menekankan betapa pentingnya karakter dalam berbisnis. Dalam melakkan partnership, kita perlu mengenali karakter dari orang yang kita ajak berbisnis. Orang yang berbeda passion dengan kita di satu sisi bisa memperkuat bisnis, namun di sisi lain malah bisa merusaknya.
Di sela-sela acara, peserta kopdar dihibur oleh penampilan band yang bernama Jakarta Pad Project. Kelompok ini setidaknya membuka ide baru bagaimana memanfaatkan perkembangan teknologi dalam bermusik. Tidak ada satu alat musik pun yang mereka mainkan di panggung. Dengan menggunakan perangkat pad, para personil Jakarta Pad Project memainkan suara keyboard, gitar, bass dan drum untuk mengiringi vokalis menyanyikan lagu-lagu terkini seperti Love Me Like You Do, Cool Kids, Flashlight dan lainnya. Sangat menghibur dan inspiratif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H