Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Smooth Like Butter, Berhati-hatilah dalam Perjalanan Spiritual Mudik Lebaran di Tol Cipali

8 Juli 2015   07:47 Diperbarui: 8 Juli 2015   07:48 2864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I know they say you can’t go home again
I just had to come back one last time
Ma’am I know you don’t know me from Adam
But these handprints on the front steps are mine

 

Kata-kata di atas adalah penggalan bait sebuah lagu yang berjudul “That House that Bulit Me” yang dinyanyikan oleh Miranda Lambert. Lagu berirama pop country ini bercerita tentang seseorang yang berkunjung ke tempat masa kecilnya, tempat yang ia sebut rumah. Kembali ke rumah, sebagaimana yang ditulis pada lagu tersebut, adalah perjalanan yang emosional. Rumah menjadi bagian dari identitas pribadi dan tempat yang penuh dengan pengalaman emosional masa-masa kecil kita.

 

Di Indonesia, perjalanan kembali ke rumah (dalam hal ini tanah kelahiran atau kampung halaman) bahkan menjadi tradisi tahunan. Kegiatan yang dikenal dengan mudik ini dengan skala masif terjadi pada saat hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Jutaan penduduk Indonesia akan bergerak bersama-sama menuju kampung halaman, sehingga jalan raya akan dipenuhi dengan lalu-lalang berbagai jenis kendaraan. Migrasi sesaat ini memiliki tujuan spiritual, yakni bersilaturahmi dengan orang tua, sanak-saudara, atau teman. Kemacetan yang terjadi selama berjam-jam menjadi cerita yang acap terdengar mengiringi mudik lebaran, khususnya di jalur pantura pulau Jawa.

 

Tahun 2015 ini, perjalanan spiritual tersebut tinggal menghitung hari lagi. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, para pemudik tahun ini akan memiliki alternatif jalur bahkan akan menjadi jalur favorit yang bisa dilalui. Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 Juni yang lalu menjadi tol terpanjang saat ini, yakni sepanjang 116,75 kilometer. Bagaimana kesiapan tol Cipali ini menghadapi arus mudik tahun ini?

[caption caption="Gerbang tol Cikopo"][/caption]

 

Saya beruntung terpilih menjadi 1 dari 50 kompasianer yang ikut menjajal secara langsung tol Cipali ini hari Sabtu, 4 Juli 2015 lalu. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Kompasiana dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Dengan dua buah bus, para peserta berangkat dari kantor Kemen PUPR di Jakarta Selatan sekitar jam 8 pagi. Rombongan kemudian masuk tol dalam kota dan bergerak ke tol Cikampek.

 

Dengan tidak mengambil arah keluar gerbang tol Cikampek, perjalanan dilanjutkan menuju gerbang tol Cikopo dan tiba pada jam 8.50. Bus dan mobil pengiring lainnya berhenti di sisi kiri gerbang tol Cikopo ini untuk menerima penjelasan Bapak Wisnu Dewanto selaku Corporate Affair dari PT Lintas Marga Sedaya (pembangun dan pengendali tol Cipali).

 

Tol sepanjang 116,75 km yang dibangun dengan dana sebesar Rp 12,5 triliun ini mengubungkan ruas tol yang sudah ada sebelumnya yaitu tol Jakarta-Cikampek dan tol Palimanan-Kanci (Palikanci). Titik awalnya berada pada KM 72 + 108 di Cikopo dan berakhir di KM 188 + 862 di Palimanan. Tol Cipali dibagi dalam 6 seksi yang mengubungkan Cikopo – Kalijati – Subang – Cikedung – Kertajati – Sumberjaya – Palimanan. Ada 7 exit tol yang berada pada ketujuh wilayah tersebut.

 

 

Saat ini tol Cipali dilewati 250 kendaraan setiap menitnya atau 30.000 kendaran per hari. Diperkirakan pada saat mudik lebaran nanti, jumlah tersebut meningkat hingga 70.000 kendaraan per hari. Jumlah jalur sebanyak 2x2 yang ada saat ini, dan di tahap selanjutnya menjadi 2x3 dengan pelebaran jalan ke arah median. Konstruksi jalanan berupa rigid pavement (beton sambungan) sepanjang 62,85 km dan flexible pavement (aspal) sepanjang 53,9 km.

 

Dari titik awal di KM 72 hingga pemberhentian kami yang pertama di gerbang tol Cikopo (KM 76), konstruksi jalanan berupa beton sambungan yang kondisinya bagus dan tidak menimbulkan noise. Konstruksi beton sambungan ini akan berlanjut hingga KM 105. Selanjutnya berupa aspal dari KM 105 hingga KM 164, dan berlaih kembali ke beton sambungan hingga KM 188 di Palimanan.

 

Setelah penjelasan singkat dari Bapak Wisnu, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju pemberhentian selanjutnya di rest area KM 86. Rest Area 86 ini memiliki kantin, toilet dan mushola. Beberapa bagian masih dalam tahap pengerjaan untuk menyambut mudik lebaran. Tol Cipali sendiri saat ini menyediakan total 8 rest area, dimana 4 lokasi di jalur kea rah timur menuju Palimanan dan 4 lainnya di jalur kea rah barat menuju Cikopo.

 

Rest area KM 86 termasuk ke dalam tipe B, yakni rest area yang ukurannya lebih kecil dan tidak dilengkapi dengan pom bensin. Rest area lainnya berada di KM 101 (tipe A yang dilengkapi pom bensin), KM 131 (tipe B), dan KM 166 (tipe A). Para pemudik sebaiknya memerhatikan titik-titik lokasi rest area tersebut termasuk apakah rest area tersebut memiliki pom bensin atau tidak.

 

Di rest area KM 86, kompasianer disambut oleh Bapak Velix Wanggai (Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR) yang menyampaikan pesan dari Bapak Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Pemerintah dan pihak-pihak lainnya terus mempersiapkan sarana dan prasarana bagi para pemudik khususnya yang melintasi tol Cipali ini, termasuk informasi-informasi yang diperlukan terkait tol Cipali. Untuk membantu operasi, telah disediakan  10 unit kendaraan patroli yang akan melintas setiap 30 menit, 2 mobil derek kecil jenis gendong, 6 mobil derek kecil jenis angkut,1 mobil derek besar 25 ton, 3 mobil derek besar 10 ton, 5 ambulans, 2 unit rescue, 2 mobil pembersihan TKP, dan 6 mobil PJR.

 

Dari rest area KM 86, rombongan bergerak menuju rest area KM 102 yang termasuk tipe A (ada pom bensin). Tempatnya relatif lebih luas jika dibandingkan dengan rest area sebelumnya dan juga memiliki kantin dan mushola yang besar. Kami tidak berhenti di rest area ini, tetapi langsung melanjutkan perjalanan kembali.

 

Di KM 123 rombongan yang dikawal oleh mobil PJR berhenti di bahu jalan. Tempat dimana kami berhenti ini adalah jembatan yang panjangnya 300 meter yang melintas di atas Sungai Cipunegara. Jembatan ini adalah satu dari 99 buah jembatan yang dimiliki tol Cipali, baik berupa underbridge sebanayk 20 buah maupun overbridge (79 buah). Selain berhenti di Cipunegara (KM 123), rombongan kompasianer juga berhenti di perlintasan Kertajati (KM 158) dan jembatan Sungai Cimanuk (KM 161). Perahu dan para penambang pasir terlihat sedang beraktivitas di Sungai Cimanuk ini. Kesempatan ini pun tak disia-siakan oleh kompasianer untuk berfoto-foto.

 

Sebelum mencapai titik akhir di Palimanan, tepatnya di Bukit Salam (KM 182), sebuah batu berukuran besar terlihat di sisi seberang kanan jalan. Daerah ini adalah sebuah bukit yang dipotong bagian tengahnya untuk dilalui tol Cipali. Dan batu besar yang disebut batu keramat tersebut oleh warga setempat tidak boleh dipotong ataupun dipindahkan dari tempat asalnya. Sebuah area pemakaman terdapat di samping lokasi batu besar ini. Dan batu tersebut pun menjadi pemandangan unik menjelang  gerbang tol Palimanan.

 

Jam 11.30 rombongan tiba di gerbang tol Palimanan. Jadi diperlukan waktu 3,5 jam dari Jakarta (Kebayoran Baru) hingga sampai di Palimanan, sudah termasuk beberapa kali berhenti di beberapa tempat. Kondisi jalan yang mulus dan relaitif lurus memungkinkan kami bisa menempuh waktu sedemikian singkat. Namun perlu diingat, demi keselamatan maka kecepatan yang diizinkan saat melintas tol Cipali adalah 80 – 100 kilometer per jam.

 

Dari Palimanan, rombongan berbalik arah menuju rest area KM 164 untuk melaksanakan sholat dhuhur. Selanjutnya kami menuju kantor PT Lintas Marga Sedaya di Subang yang sekaligus menjadi Traffic Monitoring Center (TMC) tol Cipali. Di tempat ini Bapak Wisnu memberikan presentasi lebih detail kepada para kompasianer, sekaligus melakukan tanya-jawab sebelum kembali lagi ke Jakarta.

 

Kesempatan menjajal tol Cipali ini setidaknya bisa memberikan gambaran awal menjelang perjalanan spiritual saat mudik lebaran nanti. Kondisi jalan tol Cipali sangat mulus, smooth like butter. Namun di sisi lain kondisi ini bisa membuat pengendara terpacu untuk menambah kecepatan. Hal inilah yang berpotensi menimbulkan laka lantas di tol Cipali.

 

Beberapa kecelakaan telah terjadi sejak tol ini diresmikan. Dan pada saat saya menulis reportase ini, sebuah kecelakaan kembali terjadi pada hari Senin (6/7/2015) antara mobil Grand Max dan mobil tanki yang menimbulkan korban jiwa. Sikap berhati-hati harus tetap dimiliki oleh pengendara. Patuhi batas kecepatan yang diizinkan untuk keselamatan. Sangat mudah untuk menginjak gas, namun sangat sulit untuk menginjak rem.

 

Selamat mudik, mudik selamat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun