Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Badut-badut Jam Gadang

8 Januari 2014   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto-foto perjalanan ke Sumatera Barat kembali saya lihat di laptop kemarin malam. Saya teringat dengan badut-badut itu, namun tak banyak yang saya ketahui tentang mereka selain usia mereka yang masih belia. Karena kebetulan saya lihat Bang Rey sedang online di Facebook, saya mencoba mencari informasi tentang badut-badut belia itu.

Tentang mereka yang saya pikir adalah anak-anak Bukittinggi yang masih bersekolah, ternyata tidaklah 100% benar. Kebanyakan mereka sudah tidak sekolah lagi dan berasal dari luar Bukittinggi, sebagian besar dari Nias. Mereka adalah anak-anak 'boring', begitu istilah yang dipakai oleh Bang Rey, yaitu anak-anak yang kabur dari rumah orang tua mereka.

"Kabur dari Nias? Jauh sekali..., " tanya saya tak percaya.

"Ya, begitulah kalau anak-anak tidak diperhatikan, " jawab Bang Rey.

[caption id="attachment_289090" align="aligncenter" width="620" caption="Tak lagi bersekolah?"]

1389176852509544141
1389176852509544141
[/caption]

Mereka 'berprofesi' sebagai badut di Jam Gadang hanya di waktu siang saja. Malam harinya mereka libur. (Dan memang saya tak melihat kehadiran mereka pada saat begadang di Jam Gadang waktu itu). Tak hanya di hari libur, badut-badut belia ini ada juga yang bekerja di hari biasa karena memang mereka tidak bersekolah. Kostum badut yang dipakai anak-anak tersebut adalah kostum sewaan, pakai uang setoran. Ada semacam perkumpulan atau kelompok yang mengatur.

***

Saya kembali melihat wajah-wajah belia di balik kostum badut itu. Wajah-wajah polos anak-anak negeri ini. Ada perasaan galau berkecamuk. Seharusnya mereka bersekolah dan tidak berada di tempat itu, begitu protes saya dalam hati.

Saya kembali teringat patung Bung Hatta yang hanya berjarak beberapa puluh meter saja dari Jam Gadang. Sepanjang ingatan saya, Sumatera Barat banyak melahirkan tokoh-tokoh terpelajar seperti Bung Hatta (yang memang lahir di Bukittinggi), Tan Malaka, Sutan Syahrir, H. R. Rasuna Said dan masih banyak lagi. Entah bagaimana perasaan Bung Hatta seandainya beliau masih hidup dan melihat tak jauh dari rumahnya banyak anak-anak yang tak lagi bersekolah dan terpaksa mencari uang untuk menghidupi diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun