Jika ada pertanyaan oleh-oleh apakah yang akan dibeli saat kita berkunjung ke Yogyakarta, maka salah satu jawabannya adalah bakpia. Ya, bakpia merupakan makanan atau kue yang selalu dicari para wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga atau teman.
Kue yang berbahan dasar terigu dengan isi kacang hijau (sekarang sudah ada variasi lainnya seperti keju atau coklat) tidak hanya menjadi sumber rejeki bagi pembuat dan penjual bakpia, tetapi juga bagi penarik becak, penarik ojek atau sopir taksi yang datang mengantar pembeli ke toko bakpia. Selain tentunya menerima uang dari penumpang, para penarik becak, ojek atau sopir taksi tersebut juga akan menerima komisi dari hasil penjualan bakpia tersebut.
Pada liburan tahun baru kemarin, kami juga membeli bakpia sebagai oleh-oleh. Dari hotel di daerah Jalan Kaliurang, kami pun menumpang taksi menuju Jalan K. S. Tubun (Jalan Patuk). Jalan Patuk ini terletak di sebelah barat Jalan Malioboro dan Jalan Patuk ini memang menjadi pusat penjualan bakpia di kota Yogyakarta. Ada beberapa merek bakpia terkenal yang bisa ditemui di jalan tersebut, seperti Bakpia Patuk 25 dan Bakpia Patuk 75.
[caption id="attachment_153252" align="aligncenter" width="600" caption="Toko yang menjual Bakpia Patuk 75 (dok. pribadi)"][/caption]
Kami diantar oleh sopir taksi ke salah satu toko, yaitu toko penjual Bakpia Patuk 75. Cukup banyak pembeli yang juga datang ke toko ini. Setelah membeli beberapa bungkus bakpia dan karena hari sudah siang, kami pun mampir ke warung makan yang ada di seberang toko Bakpia Patuk 75 tersebut. Sembari menikmati makan siang, kami mengobrol dengan ibu pemilik warung tersebut. Si ibu memberitahukan kami, jika ingin membeli sekaligus melihat proses pembuatan bakpia maka kami bisa datang ke tempat pembuatan Bakpia Patuk 25 yang ada di gang di belakang warung tersebut. Karena penasaran ingin melihat proses pembuatan bakpia, kami pun akhirnya menuju tempat pembuatan Bakpia Patuk 25 yang dimaksud oleh ibu tersebut.
Letak tempat pembuatan bakpia tersebut tidak jauh dari warung tadi. Dengan hanya kurang dari 1 menit berjalan kaki memasuki gang, kami tiba di tempat tersebut. Seperti halnya di toko penjual Bakpia Patuk 75, para pembeli pun juga banyak yang datang ke tempat penjualan Bakpia Patuk 25 ini.
[caption id="attachment_153257" align="aligncenter" width="600" caption="Para pembeli Bakpia Patuk 25 (dok. pribadi)"]
Banyaknya pembeli yang berjubel disini dan juga cuaca yang sedang cerah, membuat udara di tempat tersebut cukup panas. Setelah membeli beberapa bungkus bakpia, kami menyempatkan untuk melihat-lihat proses pembuatan bakpia. Ada beberapa foto yang saya ambil mengenai proses pembuatan bakpia tersebut.
[caption id="attachment_153254" align="aligncenter" width="600" caption="Proses pembuatan Bakpia Patuk 25 (dok. pribadi)"]
Tentunya cukup mengasyikkan karena kami bisa melihat secara langsung pembuatan bakpia ini. Dari foto-foto di atas, kita bisa melihat seorang wanita yang sedang mengaduk atau mencampur adonan yang dimasak di atas kompor, dan beberapa orang lainnya yang terlibat dalam proses pembentukan secara manual kue berdiameter sekitar 3 cm ini.
Demikianlah sedikit kisah di balik manisnya bakpia patuk yang bisa saya bagikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H