Berita seputar pilpres masih menjadi sajian utama di berbagai media massa nasional. Televisi, media cetak atau online bisa dipastikan memiliki headline tentang Pak Jokowi atau Pak Prabowo. Di media sosial pun topik utama yang dibincangkan oleh teman-teman saya tidak jauh dari soal politik tersebut. Bosan? Ya, saya menjadi bosan dengan topik-topik tersebut.
Pagi ini saya mencoba membuka media online internasional untuk mencari perkembangan terkini yang sedang terjadi. Daily Mail menjadi salah satu media yang saya kunjungi. Begitu membuka halaman utama media dari Inggris tersebut, saya cukup terkejut karena Daily Mail memuat berita tentang Indonesia. Namun bukan tentang isu politik nasional Indonesia yang ditayangkan, melainkan letusan Gunung Sangiang yang ada di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
[caption id="attachment_309167" align="aligncenter" width="620" caption="Laman utama Daily Mail hari ini"][/caption]
Gunung Sangiang meletus Jumat, 30 Mei 2014 kemarin. Daily Mail menampilkan beberapa foto saat abu vulkanik menyembur dari Gunung Sangiang. Foto-foto tersebut diambil oleh Sofyan Efendi, seorang fotografer asal Indonesia yang sedang dalam penerbangan dari Bali menuju Labuan Bajo. Lebih lanjut Daily Mail menulis tentang Gunung Sangiang yang berada di dalam Indonesia's notorious 'Ring of Fire' yang mengalami banyak gempa bumi dan letusan gunung api.
Saya masih terheran-heran (dan sekaligus mengapresiasi) mengapa media internasional sekelas Daily Mail mau menampilkan letusan Gunung Sangiang tersebut di halaman utamanya. Sementara media nasional kita hanya memberi porsi yang sangat kecil bagi peristiwa yang terjadi di Nusa Tenggara Barat tersebut. Saya coba bandingkan dengan halaman utama dua media online nasional, Kompas.com dan Detik.com.
[caption id="attachment_309168" align="aligncenter" width="494" caption="Halaman Kompas.com hari ini"]
[caption id="attachment_309169" align="aligncenter" width="500" caption="Detik.com hari ini"]
Kedua media ini menempatkan berita politik yang terjadi di ibukota pada halaman utama. Media-media lainnya pun tak jauh berbeda dengan Kompas.com atau Detik.com. Panasnya suhu politik nasional yang telah menyedot perhatian banyak kalangan, seakan-akan membuat media 'sedikit' abai dan memberi porsi minim terhadap peristiwa lainnya yang terjadi di daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H