Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sepenggal Senja, Sehidang Rarit, dan Sebait Rindu di Pantai Maluk

3 Februari 2015   06:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerinduanku terbayar sudah, kerinduan akan gemerisik langkah di atas butir-butir pasir juga bau uap garam yang menempel di sekujur kulit. Sekitar jam empat sore kakiku ini menginjak Pantai Maluk bersama rekan-rekan lainnya, memungkas kegiatan bootcamp di hari Selasa. Pantai Maluk adalah salah satu pantai yang masih perawan di antara pantai-pantai indah lainnya di Sumbawa Barat.

Masih ada dua jam-an untuk menyaksi matahari terbenam, saat-saat yang paling ditunggu ketika berada di pantai sewaktu sore. Banyak keleluasaan bagi kami untuk mengeksplorasi sisi demi sisi Pantai Maluk. Air laut yang biru kehijauan dan pasir putih yang menghampar di depan, berpadu dengan bukit-bukit hijau di belakangnya menjadi lanskap menawan pantai ini.

[caption id="attachment_349132" align="aligncenter" width="560" caption="Pantai Maluk, Sumbawa Barat"][/caption]

Beberapa rekan berhamburan menuju air laut untuk berenang, beberapa lainnya berjalan menyusur bibir pantai, sisanya memilih untuk duduk di bangku-bangku warung. Aku termasuk di antara mereka yang berada di warung, melepas penat sejenak sambil menunggu kemegahan cahaya yang nanti akan menghias ufuk senja.

Camilan dan minuman dipesan. Tak butuh waktu lama hingga kemudian datanglah beberapa gelas jus buah dan dua piring pisang goreng. Mas Cumi yang sebelumnya pernah berkunjung ke Maluk dan memang memiliki pengalaman cukup meyakinkan dalam hal kuliner lantas memesan dendeng khas dari daerah Sumbawa.

[caption id="attachment_349133" align="aligncenter" width="560" caption="Rarit yang nikmatnya selangit"]

1422895184859138610
1422895184859138610
[/caption]

Datanglah dua piring Rarit, demikian nama untuk dendeng yang berasal dari Sumbawa ini, melengkapi pisang goreng dan jus yang telah terhidang. Sebagai pelengkap rarit, sejumlah sambal dan irisan timun ditambahkan. Kami pun mencocol rarit dengan sambal. Garing dan gurihnya rarit berpadu dengan pedas-asam sambal membuat kami tak pernah mau berhenti untuk menikmati lagi dan lagi, tak menghirau teman-teman lain yang sedang berkeliling di pantai yang aku yakin mereka juga belum pernah mencicipi kuliner lezat ini.

[caption id="attachment_349134" align="aligncenter" width="560" caption="Bermain voli"]

1422895318944445650
1422895318944445650
[/caption]

Puas menyantap rarit, aku beranjak keluar warung. Aku melangkahkan kaki ke sisi kiri warung. Empat pemuda yang tengah bermain voli membuat aku tertarik untuk melihatnya lebih dekat. Serving, passing, dan smash dari dua pasang pemain voli pantai yang saling beradu kelincahan. Beberapa kali mereka jatuh bangun menjaga bola tidak terjatuh di daerah permainannya, membuat permainan yang penuh adrenalin ini begitu seru untuk disaksikan.

[caption id="attachment_349135" align="aligncenter" width="560" caption="Menikmati senja"]

1422895406549611806
1422895406549611806
[/caption]

Matahari hampir surut, aku pun bergegas menuju tepi pantai. Batang-batang beton ditempatkan di sepanjang pantai untuk mencegah abrasi, menjadi tempat duduk yang pas untuk melihat gempita senja. Aku larut dalam hening menikmati cahaya-cahaya yang merona di balik awan-gemawan, dan terpantul indah di riak-riak air laut pesisir barat Sumbawa ini. Setiap detik di Pantai Maluk yang kusesap, seakan sebait puisi lawas Asrul Sani yang mengharu-biru rasa rinduku.

sekali ia pergi tiada bertopi
ke pantai landasan matahari
dan bermimpi di tengah hari
akan negeri di jauhan
pasir dan air seakan
bercampur awan
tiada menutup
mata dan hatinya rindu
melihat laut terbentang biru

...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun