Sejujurnya, saya menemukan keunikan yang tidak biasa. Kalau seseorang menipu selama hampir 30 tahun, dia punya konsistensi untuk menipu yang sangat panjang. Menjaga kepercayaan selama 30 tahun itu tidak mudah, lho.Â
Namun, sebaliknya juga begitu. Dari sisi investor juga aneh. Bagaimana mungkin kalau seseorang hanya "fanatik percaya" kepada investor kawakan, dia bisa kehilangan akal sehatnya begitu lama ?
Mari kita hindari penjelasan dengan logika hipnotis, gendam atau magic ya.Â
Saya teringat ada sebuah penelitian psikologi yang meneliti bagaimana judi dapat membuat seseorang kecanduan. Salah satu penelitian itu menyebutkan bahwa  pada dasarnya otak manusia itu cenderung mencari pola.Â
Bila seseorang mendapatkan pola itu, misalnya dengan menang berulang kali dengan cara tertentu, dia akan cenderung menyimpulkan bahwa permainan judi itu cocok untuk dirinya. Selanjutnya keputusan berikutnya akan didasarkan atas pola yang sudah diyakini.
Dia tidak lagi menganalisa bahwa judi itu probabilitas menangnya sangat kecil dan bahwa dirinya sebetulnya masuk perangkap permainan agar bisa memasukkan taruhannya lebih besar lagi. Perangkap permainan untuk lebih serakah dan dengan sadar memilih bersikap tidak rasional.
Menjadi penting , tentu saja , untuk tetap rasional dengan menjaga jarak pada setiap tawaran investasi yang menggiurkan. Tidak ada makan siang gratis.Â
Artinya, semua tawaran yang menggiurkan pasti ada risikonya. Maka untuk bisa memilih keputusan yang tepat kita harus memiliki pengetahuan yang memadai.
Mengenali diri sendiri juga sangat penting. Seperti kata Morgan Hausel dalam bukunya The Psychology of Money, "Sepanjang terkait keputusan tentang uang, faktor emotional memegang peranan yang lebih dominan dalam pengambilan keputusan. Lebih daripada faktor faktor lainnya."
Tetap sehat. Tetap waras.