Mohon tunggu...
daniel lopulalan
daniel lopulalan Mohon Tunggu... Penulis - Student of life

Belajar berbagi. Belajar untuk terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kecerdasan Buatan, antara Kepunahan Manusia dan Peningkatan Harapan Hidup

17 September 2018   12:15 Diperbarui: 17 September 2018   14:28 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Reuters.com

Kecepatan ini seperti nyaris tak dapat dikendalikan sendiri oleh manusia. Sehingga setelah euforia harapan hidup yang lebih baik akan munculnya AI, saat ini malah muncul kekhawatiran besar akan perkembangannya yang terlalu cepat. Manusia menjadi khawatir akan kehadiran mahluk ciptaannya. 

Kenapa khawatir? 

Karena AI hadir dalam segala aspek kehidupan manusia. Mulai bangun  sampai tidur. Mulai lahir sampai mati. Judith Masthoff dari University of Aberdeen mengatakan dengan sangat pas tentang peran AI dalam kehidupan manusia, " Saya ingin manusia memiliki  malaikat penjaga yang menemani  dan membantu mereka setiap waktu."

Kecepatan mengolah logika, menganalisa data dan menghubungkan keterkaitan antar data yang terpisah, membuat AI sudah mampu untuk memprediksi tingkah laku apa yang akan dilakukan oleh tiap individu di dunia.

Kemampuan AI dalam melakukan prediksi terhadap apa yang akan dilakukan manusia, juga kemampuan AI dalam mengambil keputusan , memunculkan sebuah antitesa menarik. Sebetulnya pada sebuah titik, siapa yang akan menjadi pencipta. manusia atau AI ?

Stephen Hawkings dalam sebuah seminar di tahun 2017, menyatakan bahwa AI dapat menjadi sebuah kehancuran peradaban Manusia. Sebuah kekawatiran yang juga disuarakan oleh banyak ilmuwan lain.

Manusia kemudian masuk kedalam sebuah lingkaran setan yang dibentuknya sendiri. Kemudian pertanyaan lebih lanjut, masihkah manusia memiliki harapan?

Kemampuan dasar manusia seperti intuisi, emosi yang membentuk kreatifitas dalam menemukan hal hal baru, adalah sebuah pendekatan yang sulit ditiru oleh AI. 

Namun jangan lupa, kreatifitas individu saja tidaklah cukup.  Hal itu mesti disertai dengan kemampuan untuk mengelolanya dalam sebuah jaringan. Kreatifitas kolaborasi jaringan inilah yang memiliki triliunan kemungkinan kreatifitas baru yang sulit terlacak oleh kecanggihan AI. 

Manusia harus selalu membuat sesuatu yang baru. Karena mengulang sesuatu yang lama dengan lebih baik adalah domain dari AI.

Lalu, kalaupun ada peluang bahwa manusia lebih kreatif dari AI. Apakah yang sudah kita lakukan sekarang ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun