Mohon tunggu...
Daniella Hanny
Daniella Hanny Mohon Tunggu... -

I'm Daniella Hanny. I love fiction books and humors.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saya Belum Siap Menikah, Terus Kenapa?

7 Mei 2012   07:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:36 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ping! BBM saya bunyi. Saya baca isinya "Dan, ketemuan yuk? Jumat ini free ngga?"

Saya menjawab "Free, ada apa?" tak lama setelah pesan terkirim ia menjawab " Udah, dateng aja, kita ketemuan di Mall ya? Sekalian mau ngenalin elo sama temen gw"

Saya kembali berpikir, hah??? Ga salah nih? Maksudnya saya mau dijodohin gitu??? "Lo yang bener dy, masa gue mau dijodohin?"

"Udahlah, sama-sama single, dateng aja, nanti istri gw juga kesana kok. Dateng ya? Ya? Ayolaahhh. Cuman untuk kenalan doank"

Dan saya pun jawab "Ngapain? Ga ah, masa main jodoh-jodohan segala"

Andy menjawab " Ya udah, buat kenalan aja dulu. Ga apa-apa kan? Bapaknya itu satu kantor sama bokap gue. Anaknya baik. Udahlaahhh.. Ga ada salahnya kok kenalan dulu. Mau kan? Sekalian ketemu sama gue dan istri, masa lo ga kangen?"

"Ya udah, gue dateng, tapi beneran ya cuman buat temen doank? Jangan macem-macem lo"

"Iyaa.. Tenang aja, kita ketemu hari Jumat ini yah jam 7?"

"Iya Andy, gue dateng" kataku

"Asik, jam 7 yah?"

"Iya"

Itu adalah Andy, teman masa kuliah S2 dulu. Kami sama-sama mendapatkan program akselarasi untuk S2 kami. Ia belum lama menikah, istrinya berasal dari satu kampus yang sama. Saya juga kenal dengan istrinya. Bahkan saya datang ke acara kondangan mereka yang digelar begitu meriah dengan adat Jawa yang kental.

Heran saya, kok bisa-bisanya teman saya mau jodohin saya? Emangnya sekarang jaman Siti Nurbaya? Saya tertawa kecil.

Hari Jumat Pk 8.00

Waktu masih pagi, BBM saya berbunyi. Ah, itu pesan dari Andy "Jadi yah? Jam 7 loh, jangan lupa"

Duh, bawel bener ni anak. Saya menjawab dan memastikan kalau saya akan datang. Jadi penasaran, emanknya yang mau dikenalin kaya apa sih orangnya? Menarik-kah dia? Tampan kah? Jadi ngebayangin. Duh, emank enak sih kalo misal ketemu jodoh langsung. Maksudnya ga lama bisa menikah langsung ga pake putus atau cari pacar baru. Tapi mikirin nikah aja udah bikin saya bergidik. Rasanya gimanaaa gitu.

Jumat, Pk 17.50 WIB

Saya bersiap-siap dengan berdandan. Lalu tak lama mencari taksi untuk pergi ke tempat yang dijanjikan. Sesampainya disana, tidak sulit bagi saya untuk menemukan Andy. Dia datang sendiri. "Istri gue nyusul, kejebak macet dia" jawabnya. "Hmm baiklah ga apa-apa" kata saya.

Andy pun memulai pembicaraan, "Nah, yang mau gue kenalin ini anaknya temen bokap gue Dan, anak tunggal, sama kaya elo. Bokapnya kepengen anaknya cepet dapet pacar dan nikah"

GLEK.. Kaget dengernya.. Saya jawab " Terus? Emanknya dia ga cari pacar sendiri?"

"Dia itu terlalu sibuk sama kerjaannya, ga sempet cari pacar. Keluarganya baik-baik. Anaknya juga baik. Gue inget lo single, jadi ya udah gue kenalin aja elo sama dia. Bokapnya juga ga masalah kok"

"Mana orangnya?"

Andy pun menelepon. Ternyata yang mau dikenalin sudah sampai.

"Nih Josh, kenalin si Daniella. Dan, ni kenalin namanya Josh"

Kami berjabat tangan, saya perhatikan fisiknya "Definitely not my type" pikirku. Tapi memang orangnya terkesan baik sih. Rambutnya pendek agak cepak, berkacamata, kurus (dan sebenernya saya ga suka sama cowo yang kurus), kulitnya agak coklat dan lumayan tinggi. Saya berkata dalam hati "ya sudahlah, udah terlanjur datang, ngobrol aja dulu"

Kami akhirnya masuk ke dalam salah satu restoran di mall tersebut. Memesan makanan dan ngobrol bersama. Andy yang lebih banyak berbicara mencairkan suasana. Saya sendiri belum terlalu banyak bicara. Masih memperhatikan keduanya ngobrol. Tak lama, Vero istrinya Andy datang, saya akhirnya lebih banyak bicara dengan Vero.

Sampai setelah beberapa jam dan kami mulai kenyang, Josh menanyakan no handphone saya. Kami bertukar no telepon. Lalu tak lama, datanglah Tante Tina. Saya ga kenal, tapi ternyata ia kenal dengan Andy dan Josh. Rupanya tante Tina adalah teman kedua orang tua Josh dan Andy. Mulailah saya merasa tidak terlalu nyaman. Tante Tina banyak membahas mengenai pernikahan. Saya risih, emanknya saya datang kesini berarti langsung mau nikah apa? Belum kali tanteee.. Haduuhhh.. Nambah lagi waktu Josh menjawab bahwa dia memang mencari sosok yang serius untuk dijadikan istri. Saya pun tidak bisa menjawab apa-apa. Pernikahan adalah suatu hal yang masih jauh dalam angan-angan saya. Semua mata memandang ke arah saya. Dan saya pun hanya bisa tersenyum.

Saya baru tiga tahun bekerja. Masih ingin mengumpulkan uang untuk renovasi rumah, beli mobil dan punya tabungan sendiri. Apalagi saya juga anak tunggal, lahir di keluarga sederhana. Suatu saat orang tua saya tidak akan bisa bekerja lagi. Saya harus punya uang tabungan untuk simpanan saya. Pernikahan nampaknya masih sangat jauh. Walaupun ibu saya sendiri ingin saya segera cepat menikah. Tapi saya kan masih 25 tahun? Masih banyak waktunya. Ya paling ngga masih ada 3-4 tahun lagi lah. Jaman sekarang nikah umur 28-29 tahun udah biasa. Bahkan banyak yang menikah diatas 30 tahun.

Sesampainya dirumah, saya bergumul dengan diri saya sendiri. Salahkah saya jika saya belum siap untuk menikah? Josh sempat menyampaikan kepada saya bahwa ia ingin menjalani hubungan yang serius. Ia merasa di umurnya yang 29 tahun ini seharusnyalah ia sudah menikah. Ia ingin membangun keluarga secepatnya. Lalu tiba-tiba muncul muka ibu saya yang pernah bilang "Kamu jangan kelamaan cari pacar, jangan banyak milih. Cari yang baik terus nikah. Jangan kelamaan"

Seketika perut saya sakit. Salahkan saya jika saya belum siap untuk menikah? Kenapa sering kali lingkungan sekitar menginginkan wanita agar menikah muda? Kalau nikahnya sudah agak tua dibilangnya ga laku lah, perawan tua lah. Apa salahnya? Toh itu pilihan hidup mereka. Menikah usia muda toh juga tidak menjamin kebahagiaan kita kan?

Namun di satu sisi, saya teringat kalau ibu saya ingin sekali punya cucu. Haduh, gimana ini, kenapa banyak sekali tuntutan untuk saya segera menikah. Keluarga besar juga sering bertanya kapan saya kasih undangan ke mereka. Dalam hati "undangan ulang tahun aja kali ya tante". Semua sepupu saya yang umurnya diatas saya sudah menikah, yang dibawah saya masih ada yang kuliah dan baru lulus. Tapi mereka laki-laki. Jadi belum ada pertanyaan "kapan" untuk mereka. Alhasil, target utama keluarga saya ya memang cuman untuk saya.

Lelah mikirnya. Kaya buah simalakama. Kalau nikah sekarang, banyak orang yang senang tak terkecuali mama saya, tapi saya yang ngerasa beban mental. Saya ga nikah, yang kecewa banyak walaupun saya bebas dari tekanan. Rasanya saya ingin berteriak "SAYA EMANK BELUM SIAP MENIKAH, TERUS KENAPA?????"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun