Aku ingin bercerita, tapi aku berjanji untuk tidak menangis lagi kali ini
Cerita ku berawal dari pagi itu
Setelah sekitar tujuh ribu kali
aku menoleh kearah terbitnya terang seorang diri
Sapa mentari pagi dan lembutnya basuhan embun pagi
Memaksa akau menoleh ke jendela di sudut ruang
Ruang mesra bagi si pemilik mata sayu dan juga untuk si mata kecil berkaca-kaca penuh tanya
Serasa sempurna,Â
empat mata saling beradu cangkir diatas meja kayu lapukÂ
seolah juga ingin ikut bicara
Siku gemetar dan secangkir teh digenggaman si mata kecil
Begitu lemah aku, sampai-sampai harus menyandar padamu
Kicau burung gereja mengingatkanku pada sebuah rasa
Rasanya baru kemarin
Harmonisasi tersaji sempurna diatas meja
Ada dua cangkir saling berbicara berebut gulaÂ
Kini hanya aku, si mata kecil, secangkir sendiri dan tak lagi berebut gula
Dunia ini kejam
Ruang yang sempit
Waktu teramat egois
Aku terlalu lama memejam
Hingga sepasang kristal kecilku tak lagi melihatnya
Tak lagi memegang ruas jemarinya
Tak  lagi bersandar pada bahunya
Tidak lagi berebut gula
Aku lupa,
aku sudah berjanji untuk tidak menangis saat bercerita tentang ini
Terlalu jumawa si mata kecil ini
intan di pelupuk matanya pecah begitu saja
Tak ada daya untuk melanjutkan cerita
Tergesa pergi si empunya mata sayu
Meja ini tahu semua
Semua tentang kenangan bersama seseorang di meja lapuk ini
Biarkan meja ini bicara
Daniellaaaart
Warunk Ngopi-Ngopi, 29 Maret 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI