"Ya gimana, ini (pakaian bekas impor) kan sudah lama berjalannya, kita pun sebagai pedagang jadi bingung, kenapa selama ini dibiarin. Kita juga mengerti maksud dari pemerintah tapi ko selama ini dibiarin jadinya termasuk pembiaran kan, kenapa ga dari dulu jadi sekarang gimana solusinya." ujarnya
Pemberitaan mengenai dilarangnya thrifting pun menjadi ramai pada saat awal tetapi sekarang pemberitaan mengenai larangan thrifting telah menurun. Kini para pedagang sudah mulai merasa aman dalam berdagang.
"Iya waktu awal sempat ramai sekali tetapi sekarang berita mengenai ini sudah tidak saya temukan lagi. Kita ya namanya pedagang di larang ya ga senang lah, tetapi kita mengerti maksud dari pemerintah Cuma ya kenapa ga dari dulu." Ujarnya
Menurut pedagang itu, kegiatan ini telah dilakukan bahkan sejak lama, karena itu para pedagang mempertanyakan solusi dari pemerintah
"Kita kan udah lama ya disini, ya kalo mau istilahnya di tutup ya tutup aja tapi gantilah rugi kita. Ya seumpamanya kita di suruh tutup tapi rugi kita di ganti ya tutup aja, tapi kan ini instruksinya hanya tutup saja. Kita kan gaboleh melawan kepada pemerintah, tapi ya kita minta solusinya yang terbaik. sebenernya rakyat nurut semua, tapi ya kalo bisa sama sama baik untuk kedepannya agar tidak ada yang dirugikan." Ujarnya.
Sampai saat ini pihak dari pemerintahan masih belum memberikan solusi tetapi sudah ada instruksi yang di terima oleh para pedagang
"Kalo solusi kan sampe saat ini belum ada, tapi instruksi dari pemerintahan sudah. Sekarang barang sudah banyak yang masuk bahkan yang berjualan tidak disini saja." Ujarnya.
Bapa Ian berujar bahwa larangan ini berawal dari pihak tekstil yang merasa dirugikan. Ia pun merasa bahwa alasan tersebut adalah alas an yang paling logis untuk saat ini
"Kalo dengar dengar alasan yang paling logis itu, komplain dari pihak tekstil. Tapi ya sekarang kami butuh solusinya aja, kita juga ga merasa diri kita benar juga. Namanya perekonomian kan berputar, tapi kan jika tiba tiba tutup gimana nasib kita. Kita juga ga ada yang niat melawan pemerintah, tapi ya kita yang eceran hingga sekarang masih tidak apa apa" Ujarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H