Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kompas dalam Pusaran Perkembangan Jurnalisme Multimedia di Indonesia

4 Oktober 2021   08:10 Diperbarui: 4 Oktober 2021   08:11 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan jurnalisme multimedia di Indonesia bisa kita tarik sampai dekade 1990-an. Kompas adalah salah satu pemain lama yang masih eksis hingga kini. 

Berbicara tentang jurnalisme multimedia di Indonesia tidak bisa kita lepaskan dari kemunculan internet pada dekade 1990-an. Nama-nama seperti Suryono Adiesomarta, Robby Soebiakto, atau Firman Siregar, sering disebut dalam fase awal sejarah internet di negeri ini.

Republika Online adalah media Indonesia pertama yang tayang di internet pada 17 Agustus 1994, satu tahun setelah versi cetaknya keluar.

Dekade 1990-an, Awal dari Segalanya

Setelah itu,  Kompas mulai masuk dalam persaingan dengan membuat Kompas Online (kompas.co.id) pada 14 September 1995. Awalnya, media ini hanya berperan sebagai versi internet dari Surat Kabar Harian Kompas.

Pada tahun 1996, Kompas  Online berubah menjadi Kompas.com. Lalu pada 6 Agustus 1998, Kompas Online dikembangkan dalam unit bisnis sendiri di bawah naungan PT Kompas Cyber Media (KCM).

Laman tertua Kompas Online yang dapat terlacak adalah pada 8 November 1996. Foto: kompas.com
Laman tertua Kompas Online yang dapat terlacak adalah pada 8 November 1996. Foto: kompas.com

Ignatius Hardanto Subagyo dalam buku 50 Tahun Kompas Gramedia: Mengembangkan Indonesia Kecil menjelaskan bahwa sebelum dekade 1990-an, proses produksi Kompas masih sangat manual. Pada proses pracetak, mereka harus membuat cetakan naskah di atas kertas glossy selebar satu kolom koran untuk kemudian ditempelkan pada kertas ukuran koran bersama dengan foto dan ilustrasi.

Hasil layout ini kemudian dikirim ke percetakan untuk dibuatkan film dan plate sebelum masuk ke mesin cetak. Prosesnya sangat panjang dan satu arah, sehingga ketika ada perubahan, misalnya breaking news, seluruh proses pracetak harus diulang dari awal.

Adanya internet membuat  Kompas bisa melakukan digitalisasi dan komputerisasi pada sistem produksinya. Percetakan jarak jauh menjadi mungkin dan pengarsipan juga beralih ke elektronik di Pusat Informasi Kompas.

Suasana Perpustakaan Pusat Informasi Kompas. Foto: kompasdata.id
Suasana Perpustakaan Pusat Informasi Kompas. Foto: kompasdata.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun