Menariknya, pembelajaran daring pertama sebenarnya sudah bisa kita temukan pada tahun 1924. Saat itu, Profesor Sidney Pressey dari Ohio State University memperkenalkan alat bernama "Automatic Teacher" yang memungkinkan siswa  untuk menguji dirinya sendiri.
Pada tahun 1960, program CBT (Computer Based Training) pertama diperkenalkan dengan nama PLATO (Programmed Logic for Automated Teaching Operations).Â
Seiring dengan perkembangan internet, pada tahun 1997 muncullah Learning Management System (LMS). Kehadiran LMS menjadi gebrakan luar biasa yang membuat batas ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam sektor pendidikan.
Pada tahun 1999, LMS memasuki babak baru dengan pengintegrasian melalui media berbasis web sehingga tidak hanya bisa digunakan dalam proses pembelajaran, tetapi juga bisa digunakan untuk pengerjaan administrasi, tracking, dan lain sebagainya. Kini, LMS bahkan mampu diintegrasikan dengan platform video conference, artificial intelligence, dan lain sebagainya.
Kronologis waktu perkembangan pembelajaran daring bisa dilihat pada infografis berikut:
Pengembangan tersebut diinisiasi oleh Indonesia Global Development Learning Network dan Indonesia Higher Education and Research Network (INHERENT). Ada 300 Perguruan Tinggi saat itu yang terlibat di sana.
Di INHERENT, tiap perguruan tinggi bisa berbagi model pembelajaran daring yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa Indonesia. Menurutnya, hal ini juga yang kemudian diadopsi dalam program Merdeka  Belajar.
Saat ini, sudah ada banyak sekali platform yang bisa dipilih untuk melakukan pembelajaran daring. Contohnya seperti Ruang Guru, Zenius, Quipper, dan lain sebagainya.
Selain itu, di Indonesia juga terdapat Universitas Terbuka yang sudah terlebih dahulu memperkenalkan sistem pembelajaran daring di tingkat perguruan tinggi.
Semua hal itu menunjukkan bahwa perkembangan internet dan pembelajaran daring berjalan beriringan, tidak terkecuali di negeri kita ini. Â