Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Nestapa Bahasa Jawa yang Tercabik Nostalgia

23 Maret 2021   22:09 Diperbarui: 23 Maret 2021   22:15 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lingkarjatim.com

Bahasa Asing yang Kian Populer

Seperti yang sudah saya singgung di atas, jika ada subkultur pasti ada budaya populer.  Dalam hal bahasa, apa yang termasuk dalam budaya populer di Indonesia? Jawabannya dua, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Saya tidak akan membahas dari sisi bahasa Indonesia karena ia merupakan bahasa nasional. Saya akan mencoba menguraikan bahasa Inggris yang kian lama kian populer di Indonesia dan mengalahkan eksistensi bahasa daerah. Namun sebelum itu, kiranya kita perlu tahu dulu apa itu budaya populer.

Budaya populer secara mudah didefinisikan sebagai budaya komersial yang banyak dikonsumsi massa (Storey dalam Istiqomah, 2020). Kata kuncinya adalah komersial dan banyak dikonsumsi massa.

Bahasa Inggris kini bisa dikatakan sebagai sebuah budaya populer dalam lingkup bahasa. Posisinya sebagai bahasa internasional membuat banyak orang di Indonesia berlomba-lomba untuk mempelajarinya. Kursus-kursus bahasa Inggris membludak baik secara daring maupun luring. Percakapan campuran antara bahasa Indonesia dan Inggris juga makin sering kita jumpai. Begitu pula dengan karya masyarakat Indonesia yang berbahasa Inggris.

Ancaman Nostalgia dan Upaya Konservasi Bahasa Jawa

Semakin populernya bahasa Inggris dan semakin terpinggirkannya bahasa Jawa membuat kita terancam terjebak pada nostalgia. Nostalgia tentang zaman di mana bahasa Jawa masih menjadi bahasa sehari-hari dengan aturan yang masih ditegakkan secara kuat. Kalau kita melihat prasasti atau kitab dari zaman kerajaan, banyak diantaranya yang menggunakan bahasa dan aksara Jawa.

Nostalgia memang indah, tapi zaman sudah berubah. Di era globalisasi saat ini di mana banyak negara yang juga kehilangan bahasa daerah, usaha yang dibutuhkan tentu berbeda. Strategi konservasi menjadi penting agar rasa memiliki generasi muda terhadap bahasa ibu mereka tetap terjaga.

Caranya, bisa dengan menggaet influencer atau public figure. Kepopuleran Didi Kempot beberapa waktu yang lalu menunjukkan bahwa gairah untuk melestarikan bahasa Jawa sejatinya masih ada, hanya perlu pancingan saja. Beruntung, saya ambil contoh dalam bidang musik, makin banyak penyanyi yang menggunakan bahasa Jawa seperti Denny Caknan, Via Vallen, Guyon Waton, dan lain sebagainya. Kepopuleran mereka secara tidak langsung mendongkrak popularitas bahasa Jawa di telinga masyarakat.

Saya sungguh berharap, bahasa Jawa tidak lagi sekadar nostalgia, tetapi tonggak untuk memopulerkan budaya Jawa ke kancah dunia.

Salam hangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun