Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sulit untuk Melupakanmu, 2020

31 Desember 2020   13:22 Diperbarui: 31 Desember 2020   14:10 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Unsplash/Marc Oliver

Sebagai seorang mahasiswa semester satu dengan semangat yang masih menggebu-gebu, saya ingat betul gairah yang saya rasakan di akhir tahun 2019 yang lalu. Bagaimana untuk pertama kalinya saya mencicipi rasanya menjadi mahasiswa dengan segala tetek bengeknya, mulai dari tugas dan pembelajaran yang berbeda, pergaulan yang berbeda, dan pemikiran yang berbeda pula. 

Waktu itu saya begitu bersemangat menyambut tahun 2020.  Saya sudah merencanakan berbagai kegiatan, organisasi, dan lomba-lomba yang ingin saya ikuti, khas maba sekali.

Saya membayangkan 2020 akan menjadi tahun yang sibuk, penuh dengan kegiatan perkuliahan dan pengembangan diri yang sudah saya jadwalkan tadi. "Makin sibuk makin oye," pikir saya saat itu. Pada bulan-bulan awal nampaknya rencana ini akan berjalan sebagaimana seharusnya. Kegiatan yang sudah saya planning berjalan dengan baik; kuliah lancar, organisasi lancar, event lancar, duit juga Puji Tuhan lancar, pokoknya adem ayem saja suasana saat itu.

Lalu pada bulan Maret, bak petir menyambar di siang bolong, ada kabar yang menyatakan Covid-19 telah menginfeksi dua warga Indonesia. Sontak satu kampus menjadi heboh. 

Saya ingat betul, waktu itu saya sedang di kafe bersama teman-teman divisi saya di suatu organisasi untuk membahas mengenai progres ke depan. Tiba-tiba, grup kelas saya ramai oleh pengumuman resmi dari kampus bahwa mulai besok kuliah akan diadakan secara daring dan segala kegiatan kemahasiswaan dibatalkan.

Kondisi ini berarti dua hal. Pertama, dalam konteks kuliah, tidak akan ada lagi pertemuan tatap muka dengan teman dan dosen. Fasilitas kampus hanya tinggal kenangan. Tidak akan ada lagi serunya kerja kelompok di lantai atas perpustakaan. Kedua, dalam konteks kegiatan kemahasiswaan, semua rencana yang sudah kami susun seolah menguap begitu saja. Ada acara yang batal padahal besok tinggal penutupan, ada yang berubah konsep, ada yang benar-benar batal total tak bersisa. Kecewa? Pasti. Hati ini rasanya remuk redam saat itu.

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Daripada keburu dingin, mending ditambah kecap dan sambal sekalian biar lebih nikmat. Saya sadar bahwa tidak hanya saya yang mengalami kondisi demikian. Cuitan-cuitan di Twitter dan komentar di postingan Instagram menyadarkan saya bahwa kondisi ini juga terjadi di banyak kampus.

"Lha nek wes ngene njuk aku kudu piye?" pikir saya saat itu. Jujur, awalnya saya tak punya gambaran apa yang harus saya lakukan. Masalahnya, dari mulai Playgroup sampai kuliah awal tidak pernah saya merasakan pembelajaran daring yang semasif ini. Di tengah kestresan massal saat itu, saya coba saja menjalani kegiatan yang saya pahami; membaca buku, melihat Youtube, dan menulis.

Ternyata, tiga hal ini punya pengaruh besar atas perkembangan saya selama pandemi ini. Dengan membaca buku, setidaknya saya tidak gabut-gabut amat. Saya adalah tipe orang yang paling tidak bisa kalau gabut, pokoknya harus ada yang dikerjakan apapun itu. Dengan membaca buku, setidaknya gabut saya produktif dan sekaligus meningkatkan kemampuan kognitif.

Dari melihat Youtube, saya belajar banyak hal yang betul-betul baru, terutama tentang investasi. Sebelum pandemi, saya sama sekali tidak pernah melirik tentang investasi. Uang saja pas-pasan mana sempat memikirkan investasi. Awal ketertarikan saya dengan investasi bermula dari Twitter. 

Waktu itu, akun resmi salah satu platform investasi mengiklankan produknya di kolom komentar. Katanya, ini investasi yang sangat cocok bagi pemula dengan resiko yang rendah. Saya pun kemudian melihat satu istilah baru, reksadana. Karena penasaran, saya pun mencari tahu lebih lanjut. Singkat cerita, saya kemudian tertarik untuk bergabung.

Kejadian tersebut menjadi pintu masuk bagi saya untuk menyelami dunia investasi secara lebih serius. Saya berkelana dari mulai reksadana, saham, emas, deposito, dan lain sebagainya. Pola pikir dan pengaturan keuangan saya pun turut berubah. Saya cukup bersyukur bisa mengenal investasi di usia yang masih relatif muda.

Selain itu, pandemi ini juga melatih kemampuan menulis saya menjadi semakin baik. Saya jadi punya waktu yang banyak untuk berkontemplasi memikirkan ide-ide segar apa yang hendak dituangkan. Kesempatan menulis pun menjadi lebih banyak dan mengalir begitu saja. Saya juga mendapatkan komunitas baru dari dunia tulis menulis ini.

Dua Konsep Penting

Pada intinya, 2020 memang memberikan sebuah warna baru bagi dinamika kehidupan saya. Dari sekian banyak warna itu, saya merangkum 2020 dalam dua konsep yakni jeda dan adaptasi.

Saya sering mengatakan bahwa 2020 pada dasarnya adalah sebuah jeda bagi segala kegiatan kita. Jeda di sini bukan bermakna kosong dan tidak ada kegiatan, tetapi lebih kepada bagaimana Tuhan menyediakan waktu bagi kita untuk berefleksi terhadap apa saja yang telah kita lakukan selama ini.

Dengan kita di rumah saja, maka kita diajarkan bagaimana merajut hubungan dengan keluarga yang mungkin sebelumnya terlewatkan dengan segala kesibukan perkuliahan dan pekerjaan. Kita juga diajak untuk peduli terhadap lingkungan sekitar kita. Namun yang paling penting, kita juga diajak untuk peduli pada diri kita sendiri, terutama dalam hal kesehatan. Pada akhirnya, mau tidak mau kita harus berjuang untuk melakukan gaya hidup sehat di tengah kepungan virus yang melanda dunia.

Sementara adaptasi jelas dibutuhkan dengan segala perubahan yang cenderung radikal ini. Sebagai mahasiswa, perubahan dari kuliah luring ke daring membuat jadwal saya berubah 180 derajat. Namun, saya tidak ingin menangisi keadaan dan menjadi tidak produktif, maka penyusunan ulang jadwal dan kegiatan menjadi penting. 

Apa saja yang ingin saya pelajari? Apa konten yang akan saya buat? Kapan dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan itu harus saya jawab dan menjadi motivasi tersendiri bagi saya untuk mewujudkannya.

Harapan Menyambut 2021

Dengan melihat segala kondisi dan perkembangan terbaru yang terjadi pada akhir 2020 ini, rasanya 2021 tidak akan jauh berbeda. Kasus positif harian di Indonesia malah semakin meningkat, munculnya varian baru Covid-19, dan vaksin yang juga masih menunggu uji klinis, semua hal ini semakin meyakinkan saya bahwa tahun depan kiranya masih akan sama dengan tahun ini.

Satu-satunya yang bisa membuat perbedaan adalah diri kita sendiri. Kita harus sama-sama paham bahwa masa adaptasi telah lewat. Kita tidak bisa lagi mengatakan bahwa 2021 adalah tahun adaptasi dengan Covid-19. Rasanya, waktu hampir 10 bulan ini sudah terlampau lama untuk disebut sebagai masa adaptasi. Maka dari itu, 2021 sejatinya adalah tahun kebangkitan.

Kita sudah harus menata apa saja yang akan kita lakukan di tahun depan. Sebagai mahasiswa, kamu sudah harus memikirkan apakah akan mendaftarkan diri pada suatu organisasi atau mencari pekerjaan sampingan. Belilah buku sebagai bahan pengisi kegabutan, jangan hanya bermain media sosial saja, apalagi kalau hanya stalking mantan. Pengalaman kuliah daring di semester yang lalu hendaknya menjadi pelajaran untuk lebih maksimal lagi di semester depan, apapun rintangannya.

Meski kondisi di luar sana sangat berpotensi menimbulkan pesimistis, tetapi kitalah yang memegang kontrol akan  perasaan. Jangan mau kalah dengan keadaan, kalau memang mau berkembang kamu akan cari jalan dan bukan alasan. Ingat, kesempatan itu selalu ada, tinggal kamu mau mengambilnya atau tidak.

Akhir kata, terimakasih banyak 2020, tahun yang tidak akan pernah terlupakan. Saya belajar banyak darimu. 

Salam hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun