Mohon tunggu...
Daniel HP Simanjuntak
Daniel HP Simanjuntak Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Bersama Orang tua Membangun Pendidikan Berkualitas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengubah Pembelajaran di Kelas

29 Oktober 2019   07:43 Diperbarui: 29 Oktober 2019   07:52 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru harus berani bermetemorfosis dari super star menjadi mentor. Pembelajaran di kelas menjadi sangat monoton karena pusat kegiatan belajar masih dipegang oleh guru. 

Pelaksanaan student center dalam pembelajaran di kelas kemudian terlihat menjadi monoton karena banyak guru yang kemudian membiarkan murid dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa monitoring. Student center kemudian menjadi ajang guru untuk tidak masuk di dalam kelas atau meskipun di dalam kelas hanya menjadi penonton dari aktifitas murid. Tidak hanya itu guru kemudian lupa salah satu tugasnya melakukan penilaian autentik. 

Banyak guru merasa tidak mungkin melakukan penilaian autentik. Tanpa disadari Penilaian autentik semakin tidak mungkin dilakukan karena guru masih sering berhasrat menjelaskan materi dari awal hingga akhir dengan memberikan beberapa kesempatan kepada murid untuk menjawab atau merespon pertanyaan guru. 

Pembelajaran harus dimaknai sebagai kegiatan belajar yang dilakukan oleh murid dengan pengawasan dan bantuan guru dengan tujuan memberikan pengalaman untuk menumbuhkan kemampuan sikap melakukan nilai nilai  ketuhanan dan sosial, kemampuan pengetahuan, dan kemampuan keterampilan. 

Pembelajaran di persekolahan saat ini masih berfokus kepada aspek pengetahuan dengan sedikit keterampilan. Sementara aspek sikap belum menjadi fokus dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 37 tahun 2018 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang berlaku di Pendidikan Dasar dan Menengah. Kompetensi sikap tidak ada tertulis jelas seperti halnya kompetensi dasar terkait pengetahuan dan keterampilan. 

Lalu bagaimana guru harus menumbuhkan kompetensi sikap dalam pembelajaran? Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran untuk aspek sikap. Kompetensi dasar dan indikator menggunakan kata kerja operasional aspek afektif. 

Kedua, Upaya penumbuhan sikap merupakan kegiatan Pengulangan. Dengan kata lain penumbuhan sikap dimungkinkan terjadi hanya dengan kegiatan Pengulangan. Kegiatan pembelajaran sikap tidak dengan pemberian materi sehingga guru matematika atau geografi tidak perlu merasa harus menjadi guru agama atau guru moral. 

Kegiatan pembelajaran sikap dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan pembelajaran seperti diskusi, projek, atau pembelajaran berbasis masalah. 

Guru harus selalu mengingat bahwa mereka tidak harus menjelaskan materi sejak awal. 

Tidak ada metode yang terbaik selain metode yang sesuai dengan kebutuhan dan Karakteristik murid. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun