Mohon tunggu...
Daniel HP Simanjuntak
Daniel HP Simanjuntak Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Bersama Orang tua Membangun Pendidikan Berkualitas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan dalam Perspektif Pembangunan

7 Mei 2014   19:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:45 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan salah satu saluran bagi individu untuk bisa melakukan perpindahan status sosial (mobilita sosiologis). Pendidikan pula yang dipercaya dapat memberikan harapan bagi etiap individu untuk memperoleh kemerdekaan. Pendidikan memapukan individu mencapai titik-titik terjauh yang dapat diperolehnya. Namun sudah sekian lama bangsa ini ada, seharusnya mampu menghasilkan wajah pendidikan yang lebih baik.

Logika pembangunan pemerintah kita selama ini yang cenderung berorientasi kepada pembangunan ekonomi terbukti telah membuat pendidikan menjadi barang yang tidak populer. Logika pembangunan yang sekian lama dianut oleh penguasa negeri ini telah membawa segenap rakyat negeri harus takluk kepada kekuatan-kekuatan asing.

Orientasi pendidikan masa kini menjadi bias dari mempersiapkan anak-anak bangsa ke depan pintu gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya hanya menjadi sekedar membuat anak lulus ujian nasional.

Pendidikan yang dihasilkan dari logika pembangunan yang berorientasi ekonomi hanya menghasilkan jiwa-jiwa dan mental-mental generasi muda yang tidak cakap dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan pada abad-abad kini dan mendatang.

Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan bermunculan bagai penyakit menular yang menyebar tidak mampu membuat birokrasi-birokrasi dan pembuat kebijakan sadar dan mengubah orientasi pendidikannya.

Pendidikan memang tidak seksi dibanding pembangunan ekonomi. Sehingga pendidikan di negeri ini tidak lebih hanya sekedar prgram tahunan tanpa makna yang kini tidak lagi menjadi bahan bakar bagi pembangunan.

Pendidikan harusnya menjadi bahan bakar pokok pembangunan nasional. Permasalahan pendidikan tidak sekedar permasalahan kurikulum apa yang dipakai. Permasalahan pendidikan bukan sekedar masalah bahasa pengantar apa yang digunakan. Permasalahan pendidikan bukan sekedar masalah apakah UN harus dilakukan atau tidak.

Lalu, permasalahan pendidikan itu tentang apa???

Permasalahan pendidikan saat ini haruslah dilihat dari beberapa aspek:

1.Aspek keluarga-orangtua.

Banyak orangtua yang tidak memahami bahwa “tidaklah cukup” hanya dengan mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah tertentu lalu selanjutnya terserah lembaga pendidikan(sekolah).

Tidak sedikit orangtua berpikir dan demikianlah adanya, sekolah sering sekali dianggap sebagai tempat penitipan anak-anak mereka sementara mereka pergi bekerja.

Orangtua menjadi salah satu lembaga yang seharusnya bertanggung jawab dalam proses pendidikan awal setiap individu. Oleh karena itu proses pendidikan harus melibatkan keluarga dalam hal ini orangtua.

2.Aspek Sekolah-Lembaga Pendidikan.

Tidak sedikit guru-guru yang merasa dirinya “malaikat” atau mungkin “setara” dengan Tuhan. Ketika guru-guru menemukan masalah pada anak-anak, sedikit sekali guru atau sekolah yang melibatkan orangtua. Pada umumnya alasan sekolah-sekolah tersebut adalah “takut” orangtua “merasa” terganggu dan “takut” dikomplain oleh orangtua yang telah membayar uang sekolah cukup mahal.

Bagi sekolah siswa yang bermasalah dan membutuhkan konseling adalah anak-anak tertentu, yaitu mereka yang bermasalah dengan nilai-nilai akademik dan perilaku. Masalah anak yang terjadi di sekolah sering sekali dianggap hanya menjadi masalah sekolah tanpa merasa perlu untuk melibatkan orangtua.

Kemampuan guru dalam memahami permasalahan anak pun tidak sama karena kualifikasi guru yang berbeda berdasarkan pendidikan dan pengalaman menangani anak.

Universitas keguruan memiliki saham dalam menghasilkan guru-guru berkualitas tinggi atau rendah baik dari sisi mental, bahasa asing, sikap dan perilaku. Kualitas guru sangat mempengaruhi proses pendidikan dan pastinya berdampak kepada hasil dari pendidikan.

Selama ini, banyak orang salah kaprah yang menganggap rendahnya pendidikan Indonesia dianggap sebagai dampak dari tidak efektifnya kurikulum sehingga mendorong sekolah-sekolah terutama sekolah swasta untuk berlomba-lomba menggunakan kurikulum dari Negara lain.

3.Aspek lingkungan dan sosial media

Perubahan dalam masyarakat terutama dalam dunia kerja mempengaruhi tujuan pendidikan bahkan proses pendidikan. Lingkungan sosial seperti teman bermain, media sosial dan lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan.

Kurangnya perhatian orangtua ditambah ketatnya aturan di sekolah membuat anak merasa perlu mencari saluran lain atau media lain untuk mendapat pengakuan dan kebebasan yang didambakan. Bahayanya…pengakuan-pengakuan itu diperoleh oleh anak-anak dari tempat-tempat atau orang-orang yang salah.

Aspek ini merupakan aspek yang paling dinamis dan sangat sulit untuk dikontrol sehingga aspek ini dapat menjadi bom waktu bagi proses pendidikan. Satu-satunya cara adalah meningkatkan kualitas dari aspek-aspek lain.

4.Aspek yang terakhir adalah aspek pemerintah.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah membuat keluarga, sekolah, dan anak sendiri terpaksa tidak melakukan fungsinya sehingga masalah pendidikan menjadi wabah epidemic dalam masyarakat.

Pemerintah harus memiliki ketetapan hati dan satu-satunya elemen yang harus mempengaruhi kebijakan pemerintah adalah rakyat itu sendiri. Pemerintah seharusnya tidak terkurung dalam penjara politik praktis. Untuk itu pemerintah seperti ini hanya dapat dihasilkan dari pemilu yang bersih dan tanpa transaksional. Pemerintah baik legislatif, eksekutif dan judikatif boleh berasal dari lembaga politk namun harus ada jaminan bahwa setelah mereka memegang kekuasaan pemerintahan tersebut, mereka harus mampu netral atau dengan kata lain menjadi negarawan yang loyal pada rakyat bukan pada partai politik, pengusaha yang membayar, dan loyal pada keluarga besar.

Pemerintah memiliki peran dominan dalam mengarahkan jalannya semua sistem dalam suatu Negara sehingga good will dari pemerintah merupakan hal mutlak bagi berjalannya aspek keempat ini dengan baik.

Orientasi pembangunan dapat dilihat dari kerangka RAPBN yang dirancang oleh eksekutif bersama-sama dengan legislatif (meski hak mengajukan anggaran itu ada pada eksekutif dan legislatif seharusnya menjadi kontrol bagi rencana eksekutif.

Pemerintah selama ini membanggakan alokasi 20% dana pendidikan dari keseluruhan dana APBN namun jika dilihat efek atau hasilnya, seharusnya negeri ini bisa mengalami kemajuan lebih baik lagi.

Orientasi pembangunan hanya bisa dijalankan dan berpihak kepada pendidikan rakyat jika ada kemauan baik dari semua komponen bangsa. Pendidikan Indonesia dalam perspektif pembangunan kita masih menjadi faktor yang disebabkan oleh faktor lain bukan faktor yang dapat menyebabkan perubahan besar.

Pemerintahan atau penguasa yang baru seharusnya dapat berpikiran bahwa Perubahan masyarakat tanpa kemajuan pendidikan hanyalah suatu impian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun