Ada yang mengajarkanku,
Manusia hidup untuk melawan dunia
Tapi semua terbisu
Ketika aku bertanya mengapa bumi yang menderita
Ada yang mengajarkanku,
Badai akan berlalu pada akhirnya
Tapi mulut mereka kelu
Ketika aku bertanya siapa yang mengundang bencana
Lalu, mereka berpidato seolah -- olah sedang menyembuhkan daratan dari sakitnya
Lalu, mereka bicara seolah -- olah menyapu langit dari tangisnya
Terlalu banyak lalu yang berpura -- pura
Terlalu banyak kata yang kehilangan makna
Dalam kepalsuan mereka membunuh manusia
Dan menyebut alam sebagai penyebabnya
Lihatlah, ayah...
Banyak ibu kehilangan putranya
Gadis menangis diatas kematian bapaknya
Lihatlah ibu...
Seorang pria tak lagi ada kuatnya
Seorang wanita hanya dianggap perhiasan saja
Begitulah kejamnya dunia
Menari diatas airmata sesama
Lalu mereka berteriak
Ditengah bencana yang tak lagi memberi ampun bagi manusia
Tuhan Maha Perkasa akan segera mengoyak
Segala sedih yang menimpa bapak, ibu, pria, wanita
Betapa punya keberanian mereka meminta Tuhan menyelsaikan soalnya
Padahal dia sendiri yang membuat tanya
Betapa tak punya malu mereka menyebut Tuhan ketika
Sehari -- hari mereka sombong atas kuat dirinya
Ayah, Ibu
Ini bukan hukuman dari Tuhan
Tuhan Maha pengasih lagi penyayang
Tak akan tega Dia menatap air mata umat-Nya bergelimang
Ini hanyalah luka yang ditumbuhkan manusia sejak lama peradaban
Membakar diri dalam sebuah jalang
Berusaha membasuh luka api dengan mengadahkan tangan dengan doa usang
Tapi, seandainya saja Tuhan punya kehendak
Semoga cawan duka ini segera berlalu dan akan kau lihat tawa dari anak beranak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H