Tubuh itu berlari menerobos kerumunan orang yang menghalagi jalannya. Matanya mencari ke segala arah, jiwanya mememburu sesuatu, seseorang, diriku. Tegas tampak derita dari sorot tatapannya. Ringkih dia mencari seseorang untuk dapat menungkapkan sebuah cerita. Sebuah cinta yang tak mungkin dapat diakui dunia.
"Andrei Aksana?" Chriss yang baru saja terbangun, mengejutkan Adam dengan tulisan yang sedang berusaha dia rangkai.
"Hah?" Adam mulai keheranan.
Ada hening sejenak, Chriss menatap kekasihnya itu dengan senyum saat Adam mencari kesalahan yang sedang dilakukannya.
"Kamu sedang menulis ulang pertemuan Valent dengan Aku di bandara, yang ada dalam novelnya Andrei Aksana" Chirss mulai menjelaskan "Kau tidak sadar?"
"Aku bahkan belum menentukan set lokasi pertemuan itu..." Adam membela diri.
"Tidak perlu, orang -- orang yang mengenal Lelaki Terindah akan segera mengatakan bahwa kau menyalin premis awalmu" Chirss berjalan berlalu ketika Adam mulai menghapus semua kata -- kata yang baru saja diketiknya dari layar. "Jadi ke sarinah?" kata Chriss menoleh sejenak saat tubuhnya sudah berada didepan pintu kamar mandi. Adam hanya mengangguk tanpa benar -- benar memperhatikan.
Guyuran air terdengar begitu memikat dari kamar mandi, Adam masih butuh konsentrasi untuk menemukan gagasan awal buku yang ditulisnya. Lama Adam berputar -- putar dikursi depan mejanya. Dimatikannya pendingin ruangan, lalu dibakarnya sebatang rokok. Berharap dengan mengotori paru -- paru, dia akan segera menemukan kata paling tepat. Detik jam berputar, Adam masih belum menemukan apa yang dia butuhkan. Lalu dipaksakannya jarinya menekan keyboard.
Desahan dari sebelah kamar itu membuatnya merasakan sesuatu. Kamarnya hanya dipisah kayu lapis yang membuatnya lulasa mencuri dengar apa yang sedang dilakukan tetangganya. Suara pria disebelah begitu sangat menggairahkannya. Ditutupnya kedua matanya, mencoba membayangkan sang pria sedang berada diatas tubuhnya. Lalu dia ereksi.