Apakah anda berencana memulai usaha dari jualan buku? Pikirkan ini terlebih dahulu.
Pemasaran buku itu unik, karna industri perbukuan bukanlah pasar monopoli. Apa itu pasar monopoli? Secara etimologi pasar monopoli berasal dari bahasa Yunani: monos, "satu" dan polein, "menjual" secara terminologi pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar.Â
Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai "monopolis". Fakta ini bisa kita lihat dari satu judul buku yang berbeda harganya. Semisal buku karya Mark Manson yang berjudul "Seni untuk bersikap bodo amat", yang menjual berbagai varian harga, diakibatkan oleh pembajakan buku.
Industri buku memaksa anda harus head to head dengan pasar bebas. Mungkin anda memiliki tolak ukur, untuk menjual buku secepat mungkin, namun pertanyaan yang muncul dalam benak untuk memerangi pembajakan buku adalah seberapa besar perhatian produsen atau penerbit buku mensupport penjualan anda.Â
Jangan berharap anda mendapat konsinyasi (Bayar yang terjual). Anda harus pahami bahwa setiap penerbit buku pasti memiliki sayap bisnis lain dengan membangun distributor yang khusus menangani distribusi dan penjualan buku pada masing-masing penerbit. Jika telah demikian, struktur penjualan dari penerbit-distributor-trader-end user tidak akan berjalan baik. Anda akan terputus, karna anda pada posisi trader.
Ini pernah dan sering terjadi dari pengalaman saya menjual buku. Ketika itu saya membayar buku pada penerbit Cash dengan Quantity yang lumayan besar, saya mendapat margin lumayan juga, sekitar 25%. Entah bagaiaman ceritanya, penerbit tersebut mengadakan pameran buku, dan diskon yang diberikan cukup meledak sekitar 10%-60%.Â
Secara etika bisnis, hal tersebut memang melanggar, meskipun ada kesalahan dari saya pribadi yang tidak membuat MoU penjualan. Barang yang saya bayar cash dengan margin 25% tersebut dijual ludes pada pameran buku internal perusahaan distributor penerbit dengan margin 30%. Apalah daya, sebagai trader hanya menurunkan nilai jual, karna siapa juga yang akan niat membeli buku yang lebih mahal tapi kualitas sama? Mimpi.
Itulah mengapa dari satu sisi untuk menggerakkan cash flow perusahaan, para penerbit ini melakukan direct sales. Nah, jika sudah demikian, akan adakah trader atau bahasa gampangnya reseller yang ikut gabung jualan buku akan progres? Menurut saya akan dihadapkan pada situasi stagnan. Orang mungkin akan bilang "lah ngapain gue beli mahal-mahal, jika penerbitnya jual murah?"
Itulah mengapa saya menyarankan, daripada para distributor penerbit mematikan bisnis trader, akan lebih baik jika membina para trader. Karna mereka lah orang yang berada atau terjun di lapangan. Jika dibina dengan baik, maka sistem penjualan akan lebih mudah. Bukan tidak mungkin, para pelapak buku yang membayar cash akan menutup lapaknya jika tidak ada pembenahan sistem penjualan.
Saya tidak sama sekali berniat sinis terhadap penjualan buku, namun anda harus pintar dalam memanfaatkan peluang jika masuk dalam bisnis ini. Analogi sederhana jika anda memasuki bisnis ini adalah berenang di lautan, ketika anda mulai menyelam akan ada sekian banyak rintangan dan sejauh apapun anda menolak, anda tetap basah juga.
Kita coba untuk menambah value pada penjualan buku. Jika lemahnya strategi penjualan buku dari harga, maka strategi value sangat penting untuk anda. Kita akan mulai mengurai behaviour consumer dari buku.Â
Anda harus mempunyai gambaran, kira-kira dari sekian banyak pembeli buku, rata-rata background pendidikannya apa? Usia berapa? Kecenderungan minatnya bagaimana? Misal kita ambil contoh, pembeli buku biasanya mereka yang hobi berdiskusi.Â
Jika anda niat jualan buku dengan terobosan baru (catat dengan huruf terbal 'niat jual buku') dari sekian banyak yang berdiskusi ini, siapakah atau buku apakah yang mereka diskusikan, oke sekarang anggap kita punya judul A yang sering didiskusikan, kemudian anda bisa mengadakan seminar yang berhubungan dengan buku A tersebut, anda bisa mengundang ahli yang bisa berbicara tentang buku itu. Mungkin bahasa gampangnya bedah buku.Â
Tidak cukup sampai disitu, jika anda memasuki segmen kampus, mintalah dosen pengampu kuliah yang berhubungan dengan buku tersebut untuk mengadakan perkuliahan diluar kelas dengan metode mengikuti bedah buku. Nah, disitu anda bisa memasukkan syarat mengikuti diskusi dengan membeli bukunya dimulai dari 1 bulan sebelum acara berlangsung.
Itu hanya salah satu bagian untuk menambah nilai dari buku sebagai alternatif ketika anda tidak bisa bersaing dengan harga. Masih banyak strategi lainnya yang bisa anda lakukan.Â
Seidealis apapun penjual buku, pada akhirnya mereka harus memiliki nilai lain ketika terpuruk. Semisal ada kawan saya yang berjualan buku sekaligus menulis buku. Ada juga yang sekaligus membuat penerbit indie, atau sebagainya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Nah, anda harus memahami kompetitor dalam penjualan buku, ternyata faktor yang menghambat anda menjual buku berada pada internal pemasaran buku itu sendiri. Bagaimana dengan orang lain? Paling jelas sih orang yang berjualan buku bajakan, selebihnya hanya memainkan margin yang ditentukan distributor (Jika distributor bukunya mudeng alias mau denger, he he.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H