Untunglah di saat itu para pengamat politik dan pemilik lembaga-lembaga survei mengingatkan Megawati agar realistis, untuk tidak lagi nekad maju di Pilpres 2014. Karena jika nekad, ia pasti kalah lagi. Megawati disarankan mengusung Jokowi, yang waktu itu adalah Gubernur DKI Jakarta, karena eletabilitasnya sangat tinggi. Para pengamat politik itu mengatakan, dapat dipastikan apabila PDI-P mengusung Jokowi, pasti menang.
Taufik Kiemas yang kala itu adalah Ketua MPR juga mengingatkan Megawati agar tidak lagi maju di Pilpres 2014, tetapi agar PDI-P mengusung  tokoh muda partai untuk dicalonkan menjadi RI 1.
Dia bilang, setiap partai butuh regenerasi, sehingga sudah saatnya partai-partai mengusung tokoh-tokoh muda sebagai calon pemimpin bangsa. Megawati juga perlu mempersiapkan regenerasi untuk partainya. "Semua partai menunggu regenerasi dan Bu Mega harus persiapkan regenerasi," kata Taufik kala itu (10/7/2012).
Bayangkan jika ketika itu, Megawati tidak mendengar rekomendasi dari para pengamat politik dan nasihat suaminya, Taufik Kiemas, dan tetap nekad nyapres lagi di Pilpres 2014. Bukankah, ia pasti akan kalah lagi untuk ketiga kalinya?
Kembali kepada pernyataan angkuh dan memandang remeh lawan dari Adian Napitupulu tersebut di atas. Dari uraian ini, sepatutnya ia mengintrospeksi diri untuk jangan sekali-kali bersikap angkuh dan memandang remeh lawan. Karena dalam sejarah, termasuk sejarah Megawati dalam Pilpres, bahwa bersikap angkuh dan memandang remeh lawan biasanya juga merupakan awal dari kekalahan yang mengejutkan dan menyakitkan.
Jangan terlalu percaya diri yang berlebihan (over confidence) sehingga meremehkan lawan. Dengan menganggap Prabowo bukan lawan seimbang Ganjar Pranowo. Bahwa Ganjar pasti akan menang mudah kalau melawan Prabowo, yang berkali-kali kalah. Hasilnya bisa saja sebaliknya.
Hasil survei terbaru simulasi pasangan capres-cawapres 2024Â dari Poltracking justru menunjukkan hasil, apabila Prabowo Subianto dipasangkan dengan Erick Thohir, melawan pasangan Ganjar Pranowo -- Sandiaga Uno, pasangan Prabowo -- Erick Thohir unggul dengan 30,3 persen daripasa Ganjar Pranowo -- Sandiaga Uno yang hanya mendapat 28,4 persen. Anies baswedan -- AHY 19,4 persen.
Dari empat simulasi paslon, justru peran Erick Thohir sebagai cawapres-lah yang paling berpengaruh. Dilihat dari di setiap simulasi, bila ia yang dipasangkan sebagai cawapres, maka pasangan calon itulah yang unggul. Bukan peran Ganjar Pranowo. (dht).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H