Ketika itu sebagai ADC (ajudan) dia mendampingi Ferdy Sambo di dalam mobil yang disopiri Prayogi. Awalnya, katanya, komandannya itu mau pergi main badminton. Tapi saat melewati rumah Duren Tiga, Ferdy Sambo perintahkan mobilnya berhenti.
"Bapak minta berhenti, 'berhenti disini'. Tidak dijelaskan mau ngapain. Terus saya turun. Saya turun duluan membukakan pintu."
Ketika itu, kata Adzan, Ferdy Sambo yang berada di dalam mobil tidak langsung turun. Mobil itu masih berjalan sampai sekitar 10 meter dari tempat Adzan turun.
"Saya tunggu Bapak buka pintu dari dalam dulu baru saya buka."
"Setelah itu baru turun, senjata (yang dibawa Ferdy Sambo) jatuh. Saya sebagai ADC Â mau mengambil senjata itu, tapi keduluan Pak FS. Bapak menggunakan sarung tangan warna hitam. Saya tutup pintu, lalu saya lihat senjata itu ditaruh di saku celana kanan, celana PDL dengan tangan kanan."
"Waktu senjata itu jatuh itu jenis apa?," tanya jaksa.
"Seingat saya HS, beda dengan senjataku (Glock 17)," jawab Adzan Romer.
Belakangan diketahui pistol HS itu adalah pistol milik Yosua yang sempat diamankan Ricky Rizal di rumah Magelang, setelah dia melihat Yosua dan Kuat Ma'aruf bersitegang. Pistol itu disimpan di laci salah satu mobil sampai di rumah Ferdy Sambo di Jakarta.
Di rumah Saguling, setelah Richard Eliezer menerima perintah Ferdy Sambo untuk menembak Yosua dengan pistolnya, Ferdy Sambo memerintahkan Richard untuk mengambil pistol itu dari dalam mobil untuk diserahkan kepadanya. Â
Lanjut pada kesaksian Adzan Romer. Setelah mengantongi kembali pistol itu ke dalam kantong celananya, Ferdy Sambo bergegas masuk ke dalam rumah Duren Tiga. Sedangkan Adzan menunggu di depan pagar garasi. Dia bilang, saat itu dia melihat Yosua masih hidup.
"Waktu FS masuk lewat mana?," tanya jaksa.