Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Saat Balai Kota DKI Jakarta Dijadikan Ajang Kampanye Politik Partisan

25 April 2018   09:12 Diperbarui: 25 April 2018   19:04 3994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien rais saat menyampaikan kampanye politik, dan meledek Jokowi di Balairung Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (24/4) (Detik.com)

Sejak kapan Balairung Balai Kota DKI Jakarta bisa dijadikan tempat bagi kubu politik tertentu untuk berkampanye melawan kubu lawan yang kebetulan saat ini adalah Presiden RI? Sejak kapan Balai Kota DKI Jakarta bisa dibuat seolah-olah menjadi markas politik partisan? Jawabannya sejak DKI Jakarta diperintah oleh Gubernur Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dan menjelang Pilpres 2019.

Anies-Sandiaga jelas secara politik berada pada kubu lawan Presiden Jokowi, yaitu kubu Prabowo Subianto (Gerindra). Terlihat, Sandiaga adalah Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, dan Anies sedang digadang-gadang sebagai salah satu calon wakil presiden, bahkan calon presiden dari Partai Gerindra.

Tetapi keduanya harus bisa membagi waktu, dan membedakan antara kepentingan politik pribadi dan kelompoknya dengan tugas jabatannya sebagai kepala daerah Provinsi DKI Jakarta, sehingga dalam menjalankan tugas jabatannya tidak sampai terjadi campur-aduk antara keduanya, sehingga terjadi pula dugaan penyalahgunaan wewenang, dengan seperti yang sudah terjadi, Balai Kota DKI Jakarta pun disediakan untuk kubunya melakukan kampanye politik partisan.

Demikianlah diduga Anies Baswedan pun entah mengundang atau menyediakan Balairung Balai Kota untuk Amien Rais menyampaikan pidato politiknya melawan Jokowi. Bukan hanya melawan, bahkan dapat dikatakan meledek Jokowi di Balai Kota itu.

Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan harus tahu bahwa Balai Kota itu aset negara,  oleh karena itu ia harus steril dari kegiatan politik, apalagi politik partisan untuk kepentingan kubu politik dia, maka seharusnya ia tidak membiarkan Amien Rais bisa sedemikian leluasa melakukan kampanye politik di sana. Apalagi jika ternyata dia juga yang mengundang Amien Rais ke Balai Kota untuk kepentingan itu.

Pidato politik itu disampaikan Amien Rais saat menyampaikan ceramahnya dalam acara "Tasyakuran Ustazah Peduli Negeri" di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 24 April 2018, di hadapan para ustazah yang menghadiri acara tersebut.

Pada saat itulah Amien Rais menyampaikan pidato politiknya dalam kaitannya dengan Pilpres 2019, dengan mengatakan Jokowi sudah tidak dipercaya rakyat lagi untuk menjadi Presiden lagi, itu terbukti dengan, menurut dia, elektabilitas Jokowi yang terus menurun.

Saat menyampaikan ceramah kampanye politik itu, sambil menunjuk foto Presiden Jokowi yang berada di dekatnya, Amien Rais berkata bahwa elektabilitas Jokowi terus menurun, sebagai inkumben, elektabilitas di bawah 50 persen, menunjukkan tak mungkin lagi Jokowi menang di Pilpres 2019. Untuk mendukung itu, partai-partai Islam harus bersatu (untuk tidak lagi memilih Jokowi, melainkan Prabowo Subianto).

"Ini (menunjuk foto Jokowi) elektabilitasnya sudah going down. Kata ahli, para survei, itu seorang incumbent, sekarang petahana, kalau di bawah 50 persen, itu untuk menang kembali seperti is impossible. Tapi kalau Ibu peduli negeri, partai Islam juga cuma leyeh-leyeh, is impossible," ujar Amien yang disambut tepuk tangan sebagian ustazah dan hadirin lainnya. Tak jelas apakah Anies Baswedan ikut bertepuk tangan ataukah tidak.

Yang pasti, dia dengan senyum merekah, Anies  berdiri, lalu menyambangi Amien Rais yang baru selesai berpidato itu di podium, menjabat tangan Amien erat-erat, dan Amien pun berkata didengar semua hadirin:

"Insyaallah, mana saya ramal tangannya, insyaallah ini penyelamat negeri," kata Amien sambil menyambut uluran tangan Anies itu.

Para hadirin pun bertepuk tangan meriah. Anies senang sekali, dengan senyum masih merekah di wajahnya ia kembali ke tempat duduknya. Hari itu seolah-olah Balairung Balai Kota DKI Jakarta ikut menyambutkanya sebagai calon "penyelamat bangsa".

Di saat menyampaikan pidato politiknya yang terus-menerus meledek Jokowi, Amien selalu menyampaikannya dengan tanpa data, atau data yang tidak kredibel. Termasuk saat dia mengatakan saat ini elektabilitas Jokowi terus merosot, padahal dalam kenyataannya, berbagai survei independen menyatakan hasil yang sebaliknya. Yang merosot terus justru elektabilitas Prabowo Subianto, tetapi itu ditutupi faktanya oleh Amien.

Ia tak mau menggunakan data-data yang valid dan kredibel itu, ia hanya mau pakai data subyektif yang dari survei internal yang dilakukan oleh Partai Gerindra, yang tentu saja, tidak kredibel, karena unsur subyektifitasnya sangat tinggi. Jangan-jangan responnya semua malah kader Gerindra sendiri, yang tentu saja hasilnya elektabilitas Prabowo tinggi. Itu namanya: "Menibu diri sendiri".

Dua hasil survei terkini dari dua lembaga survei yang sangat independen dan kredibel, yang pertama

Survei yang pertama, dilakukan oleh Litbang Kompas, dilakukan dari tanggal 21 Maret -- 1 April 2018, diumumkan pada Senin (23/4), hasilnya adalah responden yang memilih Jokowi apabila pilpres digelar saat ini mencapai 55,9 persen. Angka itu meningkat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, elektabilitas Jokowi masih 46,3 persen.

Sedangkan elektabilitas Prabowo Subianto sangat jauh di bawahnya, hanya 14,1 persen, merosot dari hasil survei enam bulan lalu yang 18,2 persen.

Yang kedua, survei yang dilakukan oleh  Cyrus Network, pada 27 Maret -- 3 April 2018.

Dengan pertanyaan terbuka, yaitu respon ditanya tanpa menentukan pilihan nama calon presiden: Jika Pilpres dilakukan sekarang, siapakah yang dipilih Anda sebagai Presiden.

Hasilnya, respon memilih Jokowi 58,5 persen, dan Prabowo hanya 21,8 persen.

Dengan pertanyaan tertutup, respon diberi pertanyaan dengan pilihan 22 yang sudah ditentukan, hasilnya tetap saja sama: Jokowi unggul dengan elektabilitas sebesar 56,7 persen, disusul Prabowo 19,8 persen.

Dari fakta itu mengenai hasil survei dan elektabilitas Jokowi itu saja, terbukti demi meraih dukungan politik kubunya, Amien Rais tak segan-segan memanipulasi data hasil survei, tak segan-segan melakukan pengibulan soal hasil survei calon presiden itu.

Ketika diminta komentarnya tentang pidato kampanye politik Amien Rais di Balai Kota Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengaku tidak tahu.

Kata dia, seharusnya Balai Kota tidak digunakan untuk kegiatan politik seperti itu, apakah benar Amien berkampanye di situ, ia akan mengeceknya.

"Saya nanti coba cek karena saya tidak ada di sini. Tapi saya suka ketemu ustazah-ustazah ini di majelis taklim. Kayaknya sih bukan politik, deh. Tapi kalau misalnya ada pembicaraan politik, saya coba cek dulu," katanya.

Apakah Sandiaga benar-benar tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, dan kalau tahu, kalau setelah dia cek, memang benar begitu, para wartawan sudah meliputnya langsung, lalu, Sandiaga mau apa?

Inilah kepura-puraan dari seorang Sandiaga, diam-diam ia pasti mendukung apa yang dilakukan Amien Rais di Balairung Balai Kota DKI Jakarta, pada Selasa 24 April 2018 itu, sebagaimana Anies Baswedan yang justru yang menyediakan Balairung Balai Kota untuk itu.

Ia sendiri adalah Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, dan sudah diangkat Prabowo sebagai Ketua Tim Pemenangan Pilpres 2019 kubu Prabowo.

Sandiaga Uno sendiri pernah, dengan berpakaian dinas Wakil Gubernur, di Balai Kota juga, tepatnya pada Jumat, 20 April 2018, pernah mengeluarkan pernyataan politik terkait Pilpres 2019, dengan juga menyudutkan Jokowi yang nota bene adalah atasan tertingginya.

Ketika itu, seusai menerima kunjungan Rizal Ramli, yang juga merupakan bagian dari tim sukses kubu Prabowo, ia menyampaikan kritik pedasnya kepada pemerintahan Jokowi, dan mengajak masyarakat untuk tidak memilih lagi Jokowi karena dia sudah gagal sebagai Presiden RI.

Sandiaga mengatakan, tahun 2019 harus ganti Presiden, Partai Gerindra maupun Rizal Ramli sama-sama bermaksud memperbaiki ekonomi bangsa dalam waktu segera.

Dengan kondisi Indonesia saat ini, mau tidak mau harus segera dibenahi. Langkah awal yang paling pas membenahi negara adalah dengan mengalihkan kepemimpinan nasional dari tangan Jokowi.

"Mereka (masyarakat) hidupnya semakin berat, daya beli semakin turun, harga meningkat, lapangan kerja susah didapat," katanya berkampanye.

"Kami melihat pemerintahan yang sekarang kebijakannya itu tidak berpihak kepada rakyat,"

"Jadi kami ingin pemerintah ke depan itu harus berpihak kepada rakyat," tegas Sandiaga.

Balai Kota pun seolah-olah sudah menjadi milik Anies-Sandiaga. ***

Lihat video saat Jokowi diledek Amien Rais di Balai Kota DKI Jakarta di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun