Survei yang dilakukan oleh Populi Center (7-16 Februari 2018) dengan margin error sekitar 2,89 persen menunjukkan hasil sebagai berikut:
Jokowi-Sri Muljadi: 57,3 persen; Jokowi-Muhaimin: 50,6 persen; dan Jokowi-Moeldoko: 49,1 persen.
Hasil survei Poltracking Indonesia (27 Januari -- 3 Februari 2018), dengan margin error sekitar 2,8 persen:
Jokowi-Tito: 45,3 persen; Jokowi-Muhaimin: 47,6 persen; dan Jokowi-Budi Gunawan: 45,0 persen.
Hasil survei Alvara Research Center (17 Januari -- 7 Februari 2018), dengan margin error sekitar 2,13 persen:
Jokowi-AHY: 56,4 persen; Jokowi-Gatot: 54,8 persen; dan Jokowi-Muhaimin: 57,6 persen.
Jadi, tampaknya siapapun yang dipasangkan dengan Jokowi, tidak akan memperngaruh secara signifikan terhadap elektabilitas Jokowi, Jokowi tetap jauh lebih unggul daripada Prabowo Subianto jika dipasangkan dengan siapa pun, jauh dari bahaya, sebagaimana diklaim Muhaimin Iskandar.
Hasil survei terbaru, yang dilakukan oleh lembaga survei Kedai KOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) pada 19-27 Maret 2018, dengan margin error sekitar 2,97 persen,  dirilis pada Minggu, 15 April 2018, justru menunjukkan peningkatan singnifikan elektabilitas (tanpa simulasi pasangan cawapres)  Jokowi  jauh melampui Prabowo, yakni sebesar 48,3 persen, dibandingkan dengan Prabowo sebesar 21,5 persen.
Sebaliknya, jika Muhaimin dipisahkan dari Jokowi, sebagai calon presiden, justru itu yang sangat berbahaya baginya, Â elektabilitasnya langsung terjun bebas ke nomor paling buncit, tak lebih dari 2 persen, di bawah simulasi capres-capres lainnya, seperti Gatot Nurmantyo, AHY, dan Anies Baswedan.
Perseteruan Muhaimin dengan Gus Dur, Hubungannya dengan Keluarga Gus Dur
Saat Jokowi pada 24 Maret 2018 telah memastikan bahwa penentuan cawapres dia belum bisa dipastikan dalam waktu dekat ini, karena untuk menentukan hal itu harus melibatkan semua parpol pendukung (yang dipimpin oleh PDIP), Muhaimin justru semakin pe-de sebagai cawapres pilihan Jokowi.