Sekitar 1975 merupakan awal dari perubahan teknologi video rumah, ketika Sony meriliskan temuan terbarunya untuk menggantikan fungsi rol film seluloid 8 mm, yaitu video kaset Betamax. Berbentuk kotak 156 × 96 × 25 mm dengan pita video di dalamnya, di-encoding: PAL, NTSC, dan SECAM. Di Indonesia umumnya yang digunakan yang PAL.
Resolusi gambar videonya 350 x 311 pixel. Kemudian dikembangkan dengan Super Betamax dengan resolusi 420 x 400 pixel. Durasi per kaset mulai dari 30 menit (L-250), 2 jam 10 menit (L-500), dan 3 jam 10 menit (L-750).
Bersamaan dengan Betamax ada juga video kaset dengan format yang lebih besar, dikembangkan oleh JVC dengan nama VHS(Video Home System), dengan kwalitas gambar dan suara lebih sedikit di atas Betamax.
Karena ukuran fisik yang berbeda, maka player video kaset Betamax dan VHS tidak bisa saling pakai.
Betamax pada umumnya dipakai di Asia, sedangkan VHS pada umumnya dipakai di Amerika dan Eropa.
Era video kaset home video baik dalam format Betamax, maupun VHS mulai berakhir pada 1990-an, ketika Philips bersama dengan Pioneer Corp. mulai merilis temuan terbaru mereka yang dinamakan Laser Disc (LD) yang dapat menayangkan gambar dan suara yang jauh lebih bagus, sehingga mendekati kwalitas film di bioskop ketika itu.
Tipe media yang digunakan LD adalah Optical Disc, dengan encoding: NTSC dan PAL. Kapasitas gambar dan suara: 60 menit pada masing-masing sideA dan B untuk tipe CLV discs, dan 30 menit per side untuk tipe CAV disc Ukuran cakram: diameter 11,81 inchi (30 cm) sama dengan dimensi piringan hitam besar.
Resolusi gambar LD adalah 560 x 480 pixel, lebih baik daripada Betamax dan VHS. Namun, LD tidak diminati di Amerika dan Eropa, dikarenakan tidak efesien dengan ukurannya yang besar, risiko rusak: tergores atau patah cukup besar.