Alasan jalanan macet, dan sedang buru-buru, juga digunakan Anies ketika pada 20 April 2017, datang ke Balai Kota untuk berjumpa dengan Ahok, dengan menggunakan helikopter.
Ketika itu, ia yang menggunakan helikopter pinjaman dari keponakan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Erwin Aksa, beralasan terpaksa menggunakan helikopter itu agar bisa bertemu dengan Ahok sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan (07:45), karena Ahok juga harus menghadiri persidangannya, selain itu ia juga punya acara lain yang tidak bisa ditinggal.
Alasan yang dikemukakan oleh Anies dan Sandi menerobos busway, dan untuk Anies -- menggunakan helikopter dengan alasan karena jalanan macet, dan harus mengejar waktu itu, membuat seolah-olah mereka berdua lebih sibuk, dan urusannya lebih penting daripada Ahok yang gubernur aktif sekarang, menteri, dan bahkan daripada Presiden Jokowi.
Padahal, jika mereka memang disiplin dan tegas dengan waktu, dan tidak belum apa-apa merasa dirinya punya privelege sebagai gubernur/wakil gubernur -- padahal belum menjabat, seharusnya mereka berdua bisa mengatur waktu sedemikian rupa sehingga tidak perlu sampai harus tergesa-gesa ke tempat tujuannya, dan memberi contoh yang buruk kepada masyarakat umum dengan melanggar peraturan lalu lintas, dan memberi kesan sok pamer, gaya-gayaaan, dan mentang-mentang “gubernurnya naik helikopter”).
Kalaupun memang di luar perhitungan, waktunya sudah mepet untuk menuju satu tujuan, maka masih ada cara lain yang bisa digunakan tanpa harus melanggar peraturan, atau gaya-gayaan naik helikopter segala.
Cara-cara itu sudah ada contohnya, yang dilakukan oleh Gubernur Ahok, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan bahkan Presiden Jokowi.
Selama jadi Wakil Gubernur dan Gubernur, Ahok nyaris tidak pernah menggunakan polisi patwal sebagai forwarder untuk membuka jalannya ketika ke/pulang kantor, atau harus bertugas dengan menggunakan mobil dinasnya, jika macet, ia pun ikut-ikutan terjebak dan menikmati kemacetan itu.
Ahok pernah harus menghadiri satu acara, tetapi terjebak kemacetan parah, lalu dia pun memutuskan keluar dari mobilnya, dan memilih alternatif kendaraan lain, yaitu naik TransJakarta.
Ketika itu, Jumat, pukul 7 malam, 22 Juli 2016, saat terjebak kemacetan parah di Jalan Jenderal Sudirman, sedangkan ia harus memenuhi undangan Garda Pemuda Nasdem di Energy Building, kawasan SCBD, Ahok pun turun dari mobil dinasnya, dan melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan bus TransJakarta koridor I (Blok M-Kota) untuk menghindari kemacetan tersebut.
Kompas.com secara kebetulan melihat kejadian tersebut, lalu meliputnya. Tapi, ketika hendak difoto, ajudan dan Ahok melarangnya (mungkin karena khawatir dituduh pencitraan lagi).