Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tamasya Al-Maidah, Ketika Anies Berada di Kubu "Sana"

19 April 2017   08:54 Diperbarui: 19 April 2017   12:12 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan saat mengunjungi markas besar FPI, di Petamburan, Jakarta Pusat, 1 Januari 2017 (Tempo.co)

Sebaliknya, warga yang punya hak pilih, terutama mereka yang sudah berketetapan hati untuk memilih Ahok-Djarot harus melawan aksi-aksi dari para pemaksa kehendak itu, dengan cara tetap datang ke TPS-nya masing-masing untuk mencoblos. Itulah cara mengalahkan mereka.

Ungkapan yang mengatakan: “Sing waras, ngalah” tidak berlaku di sini, yang berlaku adalah, seperti yang diucapkan KH Mustofa Bisri: “Sing waras ojo ngalah!”

Anies-Sandi, Gerindra, PKS Punya Peran Penting

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie ikut berbicara, dia mengatakan bahwa semua kegiatan mobilisasi massa di hari H pencoblosan merupakan suatu pelanggaran dalam Pemilu. Sedangkan tentang Tamasya Al-Maidah, sudah pasti punya niat yang tidak baik, oleh karena itu harus dilarang, dan masyarakat untuk tidak mengikutu ajakan itu.

"Yang menyebut dirinya Tamasya Al Maidah ini pasti dilatarbelakangi oleh ide yang melanggar. Kita mengharapkan aparat keamanan bisa menertibkan dan yang lebih penting lagi masyarakat di Jakarta harus tenang dan jangan ikut-ikutan," tegas Jimly  di sela-sela Perayaan Ulang Tahun-nya yang ke-61, di Kantor DKPP,  Jakarta, Senin (17/042017).

Jimly mengharapkan:  "Pimpinan masing-masing tim sukses dan partai pengusung kedua paslon tidak boleh lepas tangan kalau terjadi mobilisasi massa, itu berarti karena mereka mengizinkan. Saya secara khusus mengimbau kepada kedua paslon dan kepada semua pimpinan parpol yang usung paslon, begitu pula kepada pimpinam tim kampanya untuk segera bertindak hari ini guna cegah mobilisasi massa dari pihaknya masing-masing.”

Oleh karena jelas-jelas aksi mobilisasi massa yang dinamakan Tamasya Al-Maidah itu dilakukan oleh kubu pendukung Anies-Sandi, bahkan Ketua Panitia Tamasya Al-Maidah itu, Ustad Ansufri Sambo adalah guru agama dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, maka merekalah yang harus bertanggung jawab dan membatalkan aksi politik berkedok agama dan berkedok demokrasi itu, karena selain merusak Pilgub DKI, juga bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Namun, harapan tersebut rasanya tidak akan terwujud, dikarenakan, dari awal niat mereka memang sudah akan menghalalkan segala cara untuk menang, tak terkecuali dengan Anies Baswedan sendiri.

Ketika Anies Baswedan di Pihak “Sana”

Ironisnya adalah: Anies Baswedan yang sebelum ikut dalam kompetisi Pilgub DKI Jakarta 2017 ini,  berada di pihak yang selalu mendukung kebhinekaan, dan pluralisme, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, mengutamakan nilai-nilai sportifitas dalam berkompetisi, sekarang terkuak karakter aslinya, demi bisa menjadi  gubernur, rela menyeberang ke dan untuk bersekutu dengan kelompok kekuatan yang dahulu ia sendiri mengatakan sebagai kelompok orang tidak baik.

Anies sendiri yang pernah bilang: “Orang baik berkumpul dengan orang baik,” maka tentu saja orang tidak baik berkumpul juga dengan orang tidak baik. Bagi orang tidak baik, menghalalkan segala cara, termasuk memperalat agama untuk tujuan politiknya bukan sesuatu yang haram, melainkan mulia bagi dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun