Kampanye Anies dan Sandiaga pertama kali di masjid adalah ketika pada 12 Desember 2016,mereka berdua melakukan salat subuh berjamaah di masjid Sunda Kelapa. Salatberjamaah itu digagas Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI. Gerakan ini menjadimotor unjuk rasa besar umat Islam pada 4 November 2016 dan 2 Desember 2016menuntut Ahok diadili dalam kasus dugaan penistaan agama.
Di dalam salah satu ceramah/kampanyenya Anies juga sempat menyinggung kedua aksitersebut sebagai aksi umat islam membela agamanya dari orang yangmelakukan penistaan. Dengan kata lain,sebenarnya ia juga adalah pendukung dari aksi yang menggunakan agama demikepentingan politiknya.
Maka itu tak heran, sekalipun itu jelas-jelas melanggar Undang-Undang Pemilu danPeraturan KPU, Anies Baswedan beberapa kali diketahui melakukan kampanye dimasjid-masjid, dan karena diduga memang berpihak kepada Anies-Sandi, KPUD DKI,Bawaslu DKI, dan Panwaslu DKI, tidak pernah sekalipun mempermasalahkannya.
Kita menjadi tak heran, ketika Cawagub Djarot Saiful Hidayat sampaidiusir dua kali dari masjid, yaitu pada 11 Maret 2017 dari Masjid Agung At Tin,Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, saat hendak memenuhi undangankeluarga mantan Presiden Soeharto untuk acara haul Soeharto, dan pada 14 April2017, di Masjid Jami Al’Atiq, Tebet, Jakrta Selatan, ketika bersembahyang disana, tidak ada satu pun suara yang mempermasalahkan kasus itu, baik dari KPUDKI, Bawaslu DKI, maupun Panwaslu DKI.
Demikian juga mereka tampaknya tidak terlalu ambil pusing dengan aksi Tamasya Al-Maidahyang hendak mendatangkan massa dari luar DKI Jakarta, untuk mendatangi TPS-TPSsaat hari pencoblosan, 19 April 2017 mendatang.
Meskipun telah mendapat laporan dari masyarakat, Bawaslu DKI pun terkesan tidak terlaluserius menanggapinya.
Komisioner Bawaslu DKI Jakarta, Muhammad Jufri di kantor Bawaslu DKI Jakarta, Sunter,Jakarta Utara, pada Minggu (16/4/2017), hanya mengatakan pihaknya akan memintaklarifikasi lebih dulu kepada pihak pelapor, dan akan melakukan pendekatanuntuk mendapat penjelasan yang lebih rinci dari pihak Panitia Tamasya Al-Maidahitu.
Padahal hari pencoblosan tinggal dua hari lagi, bahkan sebenarnya tinggal satu harilagi untuk persiapannya secara matang dengan jaminan keamanannanya yang tinggi,karena hari H-nya, tanggal 19 April-nya tidak dihitung, dan aksi itu punsesungguhnya merupakan rencana aksi intimidasi dengan kedok agama terhadap parapemilih yang berpotensi akan memilih Ahok-Djarot.
Kita tinggal mengharapkan adanya ketegasan yang tanpa kompromi dari Presiden Jokowi,Kapolri, dan Panglima TNI untuk menghalau mereka yang dari luar dan bukan wargaDKI Jakarta, yang merupakan bagian dari aksi Tamasyia Al-Maidah itu datang keTPS-TPS, pada 19 April nanti. Karena mereka sesungguhnya tidak punyakepentingan dengan Pilgub DKI itu, dan niatnya yang sebenarnya pun sebenarnyauntuk menakut-nakuti pemilih Ahok-Djarot dengan harapan dapat menggembosperolehan suara Ahok-Djarot.*****