Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baru Akan Pecat Ahok, Jokowi Sudah Pecat Anies

28 Maret 2017   17:17 Diperbarui: 28 Maret 2017   17:46 7962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok dan Anies di Mata Najwa, Metro TV, 27 Maret 2017

Di acara Mata Najwa:“Babak Final Pilkada Jakarta”, Metro TV, Senin malam (27/3/2017), Najwa Shihab bertanya kepada Ahok dan Anies Baswedan tentang gaya kepimpinan mereka yang berbeda, yang manakah yang cocok untuk menata birokrasi dan melayani publik.

Kepada Ahok, Najwa bertanya tentang persepsi publik terhadap karakternya yang dikenal sebagai sosok yang ceplas-ceplos, apa adanya, tapi mudah marah, dan gampang pecat anak buah, apakah jika ia jadi gubernur lagi, ia masih akan memecat anak buahnya?

Ahok menjawab, ia akan tetap konsisten dalam kebijakannya memecat anak buahnya, tetapi pemecatan itu bukan asal pecat, bukan dilakukan (atas kemauannya) sendiri karena emosional, tetapi karena  timnya tidak benar, ada sistem. PNS yang bekerja di DKI ada score card-nya, ada indikator kinerjanya. Bila tidak baik, ya, mohon maaf saja, pasti dipecat. Pemecetan itu juga, kata Ahok, biasanya jug karena diminta tim, yang merasa anak buahnya itu tidak mampu atau tidak baik dalam bekerja, sehingga mengganggu kinerja tim (dalam mengelola Ibu Kota).  

Kepada Anies, Najwa bertanya tentang persepsi publik terhadapnya yang santun, tetapi tidak tegas, dan tidak berani memecat anak buahnya, apakah benar demikian?

Tidak seperti Ahok, Anies tidak fokus menjawab pertanyaan Najwa tersebut. Waktu yang diberikannya untuk menjawab selama 1,5 menit itu semuanya digunakan Anies justru untuk lagi-lagi menjelek-jelekkan Ahok. Yang ditanya Najwa tentang keberaniannya memecat anak buah jika jadi gubernur, yang dijawab Anies justru tentang Ahok yang katanya akan dipecat sebagai gubernur.  

“Tidak mungkin berhentikan anak buah?” Anies mengulangi pertanyaan Najwa, lalu menjawab: “Sekarang saja saya sedang berusaha memecat Basuki dari Gubernur. Jadi, bagaimana kita nggak berani, apalagi anak buahnya. Gubernurnya saja mau diberhentiin (oleh saya), apalagi anak buahnya.”

Lalu, Anies membeberkan sampai tuntas waktunya untuk menjawab, alasan-alasan kenapa ia akan memberhentikan Ahok sebagai gubernur, karena kurang perduli terhadap kepentingan rakyat, karena kinerjanya buruk, penyerapan anggaran yang rendah, yang ditunjukkan dalam bentuk grafik indikator tentang kinerja Ahok sebagai gubernur yang dibuat di atas selembar kertas.

Anies Baswedan lupa, dan sayangnya Najwa tidak mengingatkannya bahwa pertanyaannya adalah tentang keberanian Anies jika jadi gubernur untuk memecat anak buahnya, yang dijawab Anies malah tentang keinginannya untuk memberhentikan Ahok sebagai gubernur dan alasan-alasannya.

Memang, dalam acara debat semalam, di Mata Najwa itu, kita bisa melihat dengan jelas bahwa Ahok berbicara sepenuhnya tentang program-programnya sebagai gubernur untuk rakyat DKI Jakarta, sebaliknya, Anies justru sibuk hampir sepanjang acara debat itu berbicara tentang program-program dan gaya kepimpinan Ahok, untuk dicelanya, daripada bicara tentang programnya sendiri, yang sayangnya banyak salah data sehingga selalu tidak akurat.

Misalnya, Anies masih terus saja menjelek-jelekkan Ahok yang dikatakan bertemperamental tinggi, emosional, dan kerap berkata-kata kasar kepada bawahannya dan rakyat kecil, padahal itu sudah menjadi masa lalu Ahok, yang kini sudah banyak berubah menjadi lebih sabar, tenang, dapat mengendalikan dirinya, dan santun.

Sebaliknya, dalam sesi mengenai program Anies-Sandi tentang KPR dengan DP 0 persen, misalnya, ketika Ahok mengatakan programnya itu tidak masuk akal, hanya membohongi rakyat agar bisa menjadi gubernur, terlihat sekali Anies emosional, tetapi dengan lihainya ia menutupinya dengan senyum manisnya, dan justru mengatakan, Ahok yang marah-marah. Padahal Ahok tidak marah-marah, tetapi, justru Anies yang terlihat menahan amarahnya. Ekspresi wajah, sorot mata, dan intonasi bicara tidak bisa berbohong.

Mengenai pernyataan Anies yang ingin memecatnya dari jabatannya sebagai gubernur, bukan Ahok namanya jika ia tidak mampu menanggapi balik pernyataan seperti itu. Ahok malah dengan cerdiknya menjadikan pernyataan Anies itu sebagai bumerang baginya.

Dengan tenang Ahok menjawab, “Kalau mau pecat saya, bukan tergantung Pak Anies, tetapi tergantung warga Jakarta, sih. Kontrak saya sampai Oktober 2017. Dalam hal ini saya memang anak buahnya Pak Anies, karena saya pelayan warga Jakarta. Karena Pak Anies warga Jakarta, maka saya anak buahnya. Maka, kalau mau pecat saya, bukan sebagai calon gubernur, tetapi sebagai warga DKI”.

Selain jawaban telak itu Ahok itu, Anies seharusnya juga ingat bahwa pernyataannya yang hendak “memecat” Ahok itu sesungguhnya justru menambah daftar panjang rencana-rencana atau program-program dia bersama Sandiaga Uno yang sebagian besarnya justru sudah dilaksanakan Ahok-Djarot.

Apa yang masih merupakan rencana, sesuatu yang akan, dan akan, dijanjikan akan dilaksanakan oleh Anies-Sandi, sesungguhnya sudah dan sedang dilaksnanakan oleh Ahok-Djarot.

(Twitter)
(Twitter)
Sama dengan urusan pecat-memecat itu, apa yang masih merupakan rencana Anies untuk memecat Ahok, sesungguhnya sudah dialami oleh Anies sendiri, yaitu ia sudah dipecat Presiden Jokowi dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.  

Tentu Jokowi punya alasan kuat untuk memecat Anies, entah karena kinerjanya yang dinilai buruk oleh Jokowi, ataukah dikarenakan hal lainnya, ataukah kombinasinya, seperti terjadinya kelebihan anggaran tunjangan guru di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang luar biasa besarnya, yaitu mencapai Rp 23 triliun, ketika Anies menjadi Menteri Pendidikannya.

Untung sekali ada Menteri Keuangan Sri Muljani yang menemukan kelebihan anggaran itu, jika tidak ada Sri Muljani? Kelebihan anggaran itu tentu tidak diketahui dan sudah lolos, dan entah akan dipakai untuk apa saja.

Anies bicara tentang program open government-nya di Pilgub DKI Jakarta ini, seraya menuduh Pemprov DKI Jakarta belum melakukan itu, padahal nyata-nyata hal itu sudah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sejak Jokowi menjadi gubernur dan dilanjutkan serta ditingkatkan oleh Ahok, sementara Anies sendiri ketika menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan?

Contoh saja mengenai "misteri" kelebihan anggaran tunjangan guru yang sampai Rp 23 triliun itu, apakah Anies sendiri pernah menjelaskannya? Itulah contoh kongkrit open government tidak dilaksanakan Anies ketika ia menjadi Menteri, sehingga publik pun tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi sampai bisa terjadi salah hitung yang kelas jumbo begitu? 

Kata Anies, ia dipecat Jokowi karena alasan dan kepentingan politis, tetapi faktanya Jokowi mengangkat pengganti Anies itu dari kalangan pendidikan juga, bukan dari kader politik. Silakan saja Anda mau percaya siapa, Anies ataukah Jokowi mengenai urusan pecat-memecat itu.

Pemecatan Jokowi terhadap Anies itu tentu berbeda dengan rencana Anies memecat Ahok dari jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta, karena jika Ahok menganggap yang bisa memecatnya adalah warga Jakarta karena ia pelayan rakyat, bukan Anies yang calon gubernur, maka Jokowi memecat Anies karena Anies memang bawahannya.

Pemecatan Anies dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan itu juga sesungguhnya menjadi kontradiksi dengan salah satu thema debat di acara Mata Najwa itu, yaitu mengenai program pendidikan rakyat di DKI Jakarta.

Anies dengan berapi-api dan penuh percaya diri berbicara tentang program-program kerjanya di bidang pendidikan yang akan diterapkan di DKI Jakarta jika ia menjadi gubernur, sebaliknya seperti biasa, lagi-lagi menjelek-jelekkan apa yang sudah dikerjakan Ahok di bidang pendidikan di DKI Jakarta, seolah-olah lupa dengan fakta bahwa justru ia dipecat Presiden Jokowi ketika menjadi Menteri Pendidikan. *****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun