Senin dini hari, 7 November 2016, musisi yang juga calon wakil bupati Bekasi, Ahmad Dhani didampingi kuasa hukumnya, Ramdan Alamsyah, mengadakan konferensi pers di rumahnya di Pondok Indah, Jakarta Selatan, untuk merespon laporan relawan pendukung Presiden Jokowi ke Polda Metro Jaya, yang menuduhnya telah melakukan penghinaan kepada Presiden Jokowi.
Laporan relawan pendukung Jokowi yang bergabung dalam ormas Pro Jokowi (Projo) dan Laskar Rakyat Jokowi (LRJ) ke Polda Metro Jaya itu, didasarkan pada unggahan video di YouTube, yang memperlihatkan saat Ahmad Dhani berorasi dari atas truk, di tengah-tengah massa pengunjuk rasa anti-Ahok, di depan Istana Negara, Jumat, 4 November 2016, ia beberapakali mengumpat Presiden Jokowi dengan menyebut nama binatang.
Di You Tube, unggahan video orasi Ahmad Dhani tersebut ada beberapa, yang masing-masing disyut (dengan ponsel) dari beberapa sudut pandang (angle) yang berbeda, sesuai dengan posisi para penyutingnya (jadi yang merekam dan mengunggah orasi itu ada beberapa orang), tetapi semuanya memperdengarkan orasi Ahmad Dhani yang sama persis, kata demi kata.
(Di akhir artikel ini, saya sertakan 3 video unggahan tentang orasi Ahmad Dhani di You Tube dari 3 sumber yang berbeda, namun sama persis isinya)
Dari video-video di You Tube itu, terdengar orasi Ahmad Dhani yang mengecam Presiden Jokowi yang tidak memenuhi kehendak para wakil demonstran untuk bertemu dengannya di Istana Negara, yang kemudian diikuti dengan caci-maki dengan menyebut nama binatang itu, sebagai berikut:
“Di bawah sini,Presiden benar-benar tidak menghargai habaib dan ulama. Saya sangat sedih sekali, dan menangis, mempunyai presiden yang tidak menghargai habaib dan ulama. Ingin saya katakan: ‘A**ng!’, tapi tidak boleh. ... Ingin saya katakan: “ba**i!”, tapi tidak boleh..... Ingin saya katakan Presidennya a**ng, tapi tidak boleh.”
Lalu diikuti dengan suara tertawa dan tepuk tangan massa, yang kemudian ramai-ramai menyerukan yel-yel meniru ucapan Ahmad Dhani itu:
“Jokowi a**ng! Jokowi a**ng!”
“Presiden a**ng! Presiden a**ng!... ”
“Hidup a**ng! Hidup a**ng! ...”
“Presidennya a**ng! Ba**i-nya Ahok! ...”
Unggahan-unggahan video di You Tube itu kemudian menjadi viral di media sosial, yang di antaranya dijadikan barang bukti relawan Jokowi saat mereka melaporkan Ahmad Dhani ke Polda Metro Jaya itu.
Namun, bukan namanya Ahmad Dhani jika tidak pernah mau mengakui kesalahannya, apalagi minta maaf, meskipun itu adalah fakta yang tak terbantahkan. Jelas-jelas sudah berbuat salah, tetapi tetap ngeyel menyangkalnya, lalu memutarbalikkan fakta, fakta yang sudah diketahui banyak orang
Kehabisan ide dan akal, tidak tahu lagi bagaimana cara membela diri, maka, dengan metode “mencuri ide” dari kasus pidato Ahok yang diedit oleh Buni Yani itu, Ramdan Alamsyah pun mengatakan: orasi Ahmad Dhani yang menjadi viral itu (juga) sudah diedit, tak sesuai lagi dengan aslinya, diputarbalikkan faktanya, sehingga mengubah makna sesungguhnya orasi Ahmad Dhani itu.
Faktanya, seperti yang saya sebutkan di atas, video orasi Ahmad Dhani itu bukan hanya dari satu sumber saja, tidak direkam dan diunggah di You Tube oleh satu orang saja, tetapi ada beberapa. Baik yang unggahannya diambil dari pemberitaan beberapa media online/televisi, maupun oleh perseorangan-perseorangan. Semuanya berisi orasi Ahmad Dhani yang sama persis. Apa iya, semua unggahan di You Tube itu diedit dengan cara yang sama?
Ramdan mengatakan, mereka punya versi aslinya, tetapi saya lebih percaya itu tidak ada, maka itu tak akan pernah diperlihatkan kepada publik. Atau jangan-jangan justru merekalah yang sedang mengedit video tersebut.
Ramdan mengatakan, Ahmad Dhani tidak menghina Presiden Jokowi, tetapi ia justru menghimbau kepada massa pengunjuk rasa agar tidak mengumpat dengan nama-nama binatang itu.
"Teman-teman kan lihat. (Ada kata) 'tapi tidak boleh'. Tidak bolehnya itu dipotong. Makanya kita mengedukasi, 'Heh, enggak boleh ini begini'. Artinya kita mengedukasi," kata Ramdan Alamsyah, Senin (7/11/2016).
Faktanya, video yang kita tonton di YouTube itu tidak ada pemotongan kata “tapi tidak boleh” itu, kata itu tetap ada.
Ahmad Dhani memang ada mengatakan: “tapi tidak boleh”, tetapi itu sama sekali bukan suatu himbauan agar massa jangan mengumpat Presiden Jokowi, sebaliknya justru itu merupakan penggunaan kalimat sarkastik, yang justru untuk semakin memperolok-olok Presiden Jokowi.
Setiap memaki Presiden Jokowi, ia bilang, “tapi tidak boleh.” Bukankah itu suatu bentuk olok-olok sarkasme?
Buktinya, setiap kali Ahmad Dhani menyelesaikan frasa itu, massa menyambutnya dengan suara tertawa, tepuk tangan, lalu diikuti dengan ikut-ikutan menghina dan memaki Jokowi (dan juga Ahok) seperti yang dilakukan Ahmad Dhani, dengan gaya yel-yel.
Ahmad Dhani menikmatinya, ia sama sekali tidak terlihat sedikitpun mencegah massa saat mereka ber-yel-yel memaki-maki Jokowi dengan “a**ng” dan “ba**i” itu.
**
Setelah menyangkal, kubu Ahmad Dhani berbalik menuduh bahwa Ahokers-lah yang telah melakukan pengeditan tersebut untuk mengfitnah Ahmad Dhani, dan pihaknya sudah menemukan siapa yang bertanggung jawab, yaitu pemilik Face Book bernama Indra Tan.
Yang dimaksud Ramdan dengan Ahmad Dhani telah difitnah itu adalah karena di Face Book-nya, Indra menulis:
“Ahmad Dhani berorasi dengan berteriak: Presiden Jokowi a***ng, Presiden Jokowi ba***i. Padahal,” kata Ramdan, di orasinya itu, Ahmad Dhani tidak sekali pun menyebut nama Jokowi, yang disebut Ahmad Dhani itu cuma “presiden”, tidak ada “Jokowi”-nya.
Ramdan berkata:
“Penggalan video yang tidak sempurna, kemudian tulisan dari saudara Indra Tan. Kita tidak ada satu kata 'Jokowi' yang terucap dari seorang Ahmad Dhani. Kenapa di sini (Facebook Indra Tan) disebutkan 'Presiden Jokowi a****g, presiden Jokowi ba***i'?’ " ujar Ramdan.
Dengan kata lain, Ramdan mau bilang: di orasinya itu Ahmad Dhani hanya menyebut “Presiden,” sedangkan di akun Face Book-nya, Indra Tan menulis “Presiden Jokowi”, berarti Indra telah mengfitnah Ahmad Dhani!
Tertawa saya membaca pembelaan Ramdan ini.
Jadi, di orasi Ahmad Dhani itu, yang dia maksud dengan “Presiden” itu, bukan Presiden Jokowi? Lalu, Presiden siapa?
Bukan baru sekarang Ahmad Dhani suka menghina Jokowi, itu sudah sering dilakukan sejak Pilpres 2014, yang terus berlanjut hampir secara berkesinambungan melalui akun Twitter-nya, sampai sekarang.
Pantaskah seorang calon bupati bersikap sedemikian menghina Presiden Republik Indonesia dengan cara-cara sedemikian kasarnya, dan dengan frekwensi sedemikian tinggi?
**
Selama ini, Presiden Jokowi terkesan terlalu sabar dan toleran terhadap hinaan-hinaan yang kerap ditujukan kepadanya dari orang-orang seperti Ahmad Dhani ini, tetapi kali ini Ahmad Dhani sudah terlalu jauh dalam penghinaannya itu, simbol negara Kepresiden benar-benar dilecehkan sedemikian rupa di tengah-tengah massa pengunjuk rasa, yang juga terprovokasi melakukan hal serupa.
Jika hal ini terus-menerus dibiarkan bisa-bisa simbol negara Kepresidenan benar-benar tidak ada nilainya di mata banyak orang, yang setiap waktu bisa dilecehkan seenak-enaknya.
Kali ini rupanya Presiden Jokowi sudah berada pada batas sabarnya, apalagi ditenggarai unjuk rasa damai umat Islam pada 4 November 2016 itu ada yang menungganginya demi tujuan politik tertentu mereka.
Jokowi mengaku, sudah memberikan arahan kepada jajaran kepolisian dalam pertemuan di Aula PTKI, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2016), agar memproses kasus dugaan penghinaan simbol negara ini.
"Tadi di dalam saya sampaikan yang berkaitan dengan hasutan kebencian. Hal-hal yang berkaitan dengan penghinaan kepada simbol negara. Kalau memang aturan hukumnya ada, harus ditindaklanjuti," tegas Jokowi. *****
Artikel terkait:
Ketika Ahmad Dhani Menyamakan Pimpinan Non-Muslim dengan LGBT dan Babi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI