Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Museum Surabaya yang Menempati Gedung Bersejarah

17 Oktober 2016   08:58 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 4267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersejarah saat arek-arek Surabaya menyobek bendera Belanda: Merah-Putih-Biru menjadi Merah-Putih (Sumber: jelajah-nesia2.blogspot.com)

Ketika Presiden Soeharto mulai berkuasa, seiring dengan semangat anti-Cina yang dideklarasikan, gapura berarsitektur Tionghoa tersebut dibongkar. 

Sebuah foto kawasan Kembang Jepun di tahun 1931 yang ada di Museum Surabaya (Foto: Penulis)
Sebuah foto kawasan Kembang Jepun di tahun 1931 yang ada di Museum Surabaya (Foto: Penulis)
Dibangun kembali dengan model serupa, dan diresmikan pada 31 Mei 2003 oleh Wali Kota Bambang D.H. Ketika itu kawasan yang hanya hidup di siang hari itu hendak dihidupkan juga pada malam hari dengan membuka pusat kuliner kaki lima di sana, dengan nama "Kya-Kya" (jalan-jalan), tetapi hanya bertahan sekitar 3 tahun, kalah bersaing dengan kawasan serupa di Surabaya barat, seperti G-Walk di Citraland, dan Spazio di Graha Family.

Kya-kya Kembang Jepun (wahyudiari - WordPress.com)
Kya-kya Kembang Jepun (wahyudiari - WordPress.com)
Kya-Kya Surabaya, yang kini tinggal kenangan (sumber: skyscrapercity.com)
Kya-Kya Surabaya, yang kini tinggal kenangan (sumber: skyscrapercity.com)
Sumber: secapramana.com
Sumber: secapramana.com
Foto di bawah adalah kawasan Kembang Jepun sekarang. Foto diambil pada 10 Mei 2015 saat Festival Rujak Cingur diadakan di sana. Festival tersebut diadakan setiap tahun oleh Wali Kota Tri Rismaharini, sebagai upaya melestarikan kuliner khas Surabaya.

Kembang Jepun saat Festival Rujak Cingur, 10 Mei 2015 (Foto: (http://baltyra.com)
Kembang Jepun saat Festival Rujak Cingur, 10 Mei 2015 (Foto: (http://baltyra.com)
Sehari-harinya, di hari kerja, kawasan Kembang Jepun adalah kawasan pusat perkulkan terbesar di Indonesia Timur. Dari sinilah sebagian besar barang berbagai jenis, mulai dari bahan bangunan, ATK, barang makanan, dan lain-lain dikirim ke berbagai daerah di Indonesia Timur, terutama ke Papua, Maluku, dan sebagian Kalimantan.

Foto di bawah ini adalah pemandangan kegiatan perdagangan di Kembang Jepun sehari-hari. Gedung sebelah kanan warna biru adalah kantor Harian Jawa Pos pertama kalinya, sekarang adalah kantor Harian Memorandum (Grup Jawa Pos) (Sumber foto: travelboogie - WordPress.com):

Kegiatan dagang sehari-hari di Kembang Jepun (foto: travelboogie - WordPress.com)
Kegiatan dagang sehari-hari di Kembang Jepun (foto: travelboogie - WordPress.com)

Bersambungan lurus dengan Jalan Kembang Jepun adalah Jembatan Merah. 

Jembatan Merah menjadi bernilai sejarah, karena di sinilah terjadi kontak bersenjata pertama kali antara pasukan sekutu (Inggris) dengan arek-arek Suroboyo, yang bermula dari tewasnya komandan pasukan Inggris  Jenderaal Mallaby, yang meletuskan perang besar di kota Surabaya pada 10 November 1945.

Disebut Jembatan Merah, atau dalam bahasa Belanda: "Roode Brug," bukan karena pernah terjadi pertumbahan darah di atas jembatan itu, tetapi karena pagar jembatan itu berwarna merah. Nama "Roode Brug" sudah ada setidaknya pada 1890, terbukti dari sebuah foto kuno yang juga dipamerkan di Musem Surabaya:

Roode Brug, Jembatan Merah di tahun 1890 (sumber: djawatempoedoeloe.multiply,com)
Roode Brug, Jembatan Merah di tahun 1890 (sumber: djawatempoedoeloe.multiply,com)
Jembatan Merah, sekarang (sumber: eastjava.com)
Jembatan Merah, sekarang (sumber: eastjava.com)
Demikianlah ulasan saya tentang Museum Surabaya dan sejarah Gedung Siola tempat museum itu berada.

Museum Surabaya tidak besar (tidak luas), tetapi benda-benda bersejarah koleksinya sudah cukup menggambarkan kepada pengunjung mengenai sejarah Surabaya tempo dulu, khsusunya menyangkut benda-benda yang pernah digunakan mulai dari era 1800-an sampai dengan 1990-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun