Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Singapura pun Dahulu Melakukan Penggusuran dan Relokasi

15 September 2016   18:15 Diperbarui: 4 April 2017   18:20 6620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Clarke Quay dahulu dan sekarang (dailymail.co.uk)

Contoh kawasan yang dahulunya merupakan pemukiman kumuh di bantaran sungai, pelabuhan perdagangan tradisional yang penuh dengan perahu-perahu kayu yang biasanya disebut bumboats, dengan sampah yang memenuhi air sungai adalah kawasan Clarke Quay, Esplanade dengan Queen Elizabeth Walk-nya, dan Marina Bay di pusat kota, setelah mengalami transformasi yang begitu hebat berubah menjadi salah satu obyek wisata yang paling terkenal di dunia.

Di Marina Bay sebuah waduk yang disebut Marina Barrage yang dibangun di mulut teluk, antara Marina bagian timur dan Marina bagian Barat, yang secara resmi mulai dibuka pada 1 November 2008, yang selain merupakan reservoir kelima belas yang dimiliki Singapura, juga menjadi kawasan wisata yang paling diminati.

Marina Barrage menampung air laut ke dalam waduk yang kemudian diolah menjadi air tawar, menyuplainya ke rumah-rumah penduduk, hotel, dan perkantoran, juga merupakan sarana pengendalian banjir.

Di lokasi yang tak jauh dari situ, pada 2010 juga dibuka obyek wisata terbaru dan termoderen yang dimiliki Singapura, yaitu Marina Bay Sands, meliputi hotel, pusat belanja, restoran, kasino, museum, taman, teater, pertemuan, pameran, dan skypark. Dikembangkan oleh Las Vegas Sands, dan merupakan investasi tunggal paling mahal di dunia dengan biaya S$8 miliar (sekitar Rp.56 triliun).

Berikut ini adalah beberapa foto yang menggambarkan Singapura tempo dulu (1960-1980-an), ketika penataan kotanya masih semrawut, dengan pemukiman kumuhnya di beberapa lokasi, termasuk di bantaran sungai, dan sungai-sungai yang penuh sampah, mirip dengan Jakarta sekarang ini (yang sedang dalam proses ke arah seperti Singapura di bawah kepimpinan Ahok):

The Singapore River before the clean-up was a dumping ground for the roadside hawkers (https://www.ura.gov.sg/skyline/skyline02/skyline02-04/text/changingfaces2.html)
The Singapore River before the clean-up was a dumping ground for the roadside hawkers (https://www.ura.gov.sg/skyline/skyline02/skyline02-04/text/changingfaces2.html)
Singapore River after the clean up from the early 1980s-today (https://ssa1207photoessay.wordpress.com/tag/photoessay/)
Singapore River after the clean up from the early 1980s-today (https://ssa1207photoessay.wordpress.com/tag/photoessay/)
Clarke-Quay di tahun 1980-an (https://nickobongiorno.wordpress.com)
Clarke-Quay di tahun 1980-an (https://nickobongiorno.wordpress.com)
Clarke-Quai, sekarang (https://nickobongiorno.wordpress.com)
Clarke-Quai, sekarang (https://nickobongiorno.wordpress.com)
Clarke Quay dahulu dan sekarang (dailymail.co.uk)
Clarke Quay dahulu dan sekarang (dailymail.co.uk)
Esplanade Singapore 1960-an-1970-an (http://www.slideshare.net/)
Esplanade Singapore 1960-an-1970-an (http://www.slideshare.net/)
Esplanade, Singapura, sekarang (yoursingapore.com)
Esplanade, Singapura, sekarang (yoursingapore.com)
Esplanade dan queen elizabeth walk (famouswonders.com)
Esplanade dan queen elizabeth walk (famouswonders.com)
Dari ulasan dan foto-foto tersebut di atas, dalam skala tertentu bisa dikatakan kegiatan penertiban (penggusuran), yang diikuti dengan kegiatan relokasi warga dari pemukiman kumuh ke rumah-rumah susun yang telah disiapakan pemerintah Singapura itu mirip-mirip dengan apa yang sekarang dilakukan oleh Ahok.

Bedanya apa yang dilakukan oleh Lee Kwan-Yew tidak mendapat perlawanan dan pertentangan sehebat apa yang dialami oleh Ahok sekarang.

Para elit politik yang seharusnya memberi pengertian kepada warga yang direlokasi, dan mendukung proses penataanulang tata kota Jakarta oleh Ahok itu, justru memprovokasi warga untuk melawan, dan berusaha dengan segala cara agar proses pembangunan penataan ulang kota Jakarta Ahok itu gagal total.

Mereka malah memanfaatkan kemiskinan warga, berusaha agar warag tetap tinggal "mengakusisi" tanah negara, tetap hidup dalam kemiskinan dan di tempat-tempat kumuh seperti itu agar bisa setiap saat dimanfaatkan demi kepentingan politiknya.

Jadi, kita tinggal pilih saja, mau melihat kelak Jakarta bisa seperti Singapura, ataukah malah tambah jorok, kotor, penataan kotanya yang semakin amburadul, kemacetan dan banjir yang tiada akhir. *****

Artikel terkait:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun