Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kalau Tidak Menggusur, Bagaimana Bisa Menata Kembali Jakarta yang Amburadul?

15 September 2016   13:10 Diperbarui: 15 September 2016   18:31 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana tidak banjir, lebar sungai “direklamasi”, endapan yang membuat sungai menjadi sedemikian dangkalnya. Foto: Kampung Pulo saat belum ditertibkan (Tempo.co)

Harian Kompas, Minggu, 11 September 2016 memuat foto-foto beberapa sungai dan waduk di Jakarta di masa lalu dibandingkan dengan di masa kini.

Yang dimaksud dengan “di masa lalu” adalah foto-foto itu di masa tahun 2012-2013: di masa itu lautan sampah yang menutupi permukaan sungai, endapan lumpur yang membuat sungai jauh lebih dangkal daripada seharusnya, demikian juga lebar sungai yang menyempit sampai lebih dari separohnya karena diokupasi, pemukiman kumuh dan ilegal yang memenuhi bantaran sungai-sungai dan waduk-waduk, sudah sejak lama merupakan pemandangan lumrah.

Padahal semua itu sangat jelas selain melanggar hukum, juga membuat Jakarta tampak sangat kotor, kumuh dan tidak manusiawi (manusia hidup di rumah-rumah yang tak lebih baik dari kandang hewan), tata kota yang ambur-adul, merusak estetika kota, dan menjadi salah satu penyebab utama banjir dan kemacetan.

Sedangkan yang dimaksud dengan “di masa kini” adalah di awal bulan September 2016 ini ketika dari sudut pandangan yang sama potret beberapa sungai dan waduk itu diabadikan kembali.

Kondisi beberapa sungai dan waduk yang penuh dengan sampah di masa  itu sempat diabadikan oleh beberapa fotografer harian Kompas. Mereka di antaranya Agus Susanto (Kali Besar), Iwan Setiyawan (Pintu Air Manggarai), Lasti Kurnia (Kanal Barat dan Kali Sunter), serta Wisnu Widiantoro (Waduk Pluit). Ketika foto-foto itu dihadirkan kembali dalam satu bingkai bersanding dengan kondisinya saat ini, terlihat betapa kelamnya nasib sungai-sungai dan waduk di Jakarta periode silam.

Wawan H Prabowo menulis narasi untuk foto-foto tersebut sebagai berikut:

Kali Sunter yang dulu terlihat kumuh dan penuh sampah kini berubah lebih bersih. Sampah di Kali Besar yang mengganggu pemandangan di depan Menara Syahbandar saat ini telah pudar. Pintu Air Manggarai yang dulunya kerap berlimpah sampah sekarang tampak rapi. Pendangkalan Waduk Pluit akibat timbunan sampahdan penuh eceng gondok berubah menjadi ruang terbuka hijau nan asri.

Rupa sungai Jakarta yang hingga kini masih lekat dengan kiriman sampah ditemui di Kanal Barat, tepat berada di bawah jembatan Jalan Prof Dr Latumenten, Jelambar, Jakarta Barat. Kerja keras petugas kebersihan dan pengerahan alat berat belum mampu membendung sampah yang tak kunjung sudah mengalir ke Kanal Barat.

Meskipun begitu, kondisi itu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan di era lalu di mana Kanal Barat dijadikan masyarakat sebagai tempat membuang dan membakar sampah.

Sejak digulirkannya proyek normalisasi oleh pemerintah, sampah yang membanjiri sungai dan waduk di Jakarta mulai surut. Dalam keseharian, kerja keras para petugas Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang tanpa kenal lelah meraup sampah telah mengubah sungai dan waduk Jakarta menjadi lebih tertata.

Berikut adalah foto-foto di harin Kompas yang dimaksud:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun