Kebenciannya dan rasa dengkinya terhadap Ahok semakin memuncak ketika Ahok naik menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang menjadi Presiden, berprestasi, dan memperoleh semakin banyak dukungan dari berbagai kalangan.
Ketika pemilihan gubernur DKI 2017 semakin dekat, dan Ahok berpeluang terpilih kembali, Ahmad Dhani pun semakin uring-uringan, dengan menghalalkan berbagai cara pun ia lakukan untuk mencegah Ahok terpilih kembali. Seperti babi hutan yang terluka, siapapun yang dianggap mendukung Ahok akan diserang habis-habisan, tak perduli siapapun dia.
Salah satu caranya yang paling sering digunakan adalah menyerang Ahok dengan menyebarkan kebencian etnis dan agama yang dianut Ahok. Padahal dia sendiri mencari nafkah dari boss-nya yang beretnis dan beragama yang sama dengan Ahok (Hary Tanoesoedibjo, boss Net TV).
Sama dengan para kepalanya di atas, di hari HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-71, tepat pada tanggal 17 Agustus 2016, Ahmad Dhani juga justru memanfaatkan momen tersebut untuk melecehkan dan  mengekspresikan sekaligus memprovokasi warga dengan ujar-ujar kebenciannya terhadap kepada Presiden Jokowi, kepada beberapa menteri Jokowi, kepada Ahok, kepada parpol-parpol pendukung Ahok, juga kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Hal tersebut disampaikan saat ia menjadi pembina upacara 17 Agustus kawasan Pasar Ikan di Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, 17 Agustus 2016.
Dia mengatakan, upacara kemerdekaan yang diadakan di Pasar Ikan itu lebih khidmat dibanding yang digelar di Istana Negara, apalagi di Balai Kota (tempat Ahok sebagai inspektur upacara), yang disebutnya penuh dengan retorika palsu.
Jokowi disebutnya sebagai presiden yang tidak punya sejarah, hanya tukang mebel yang gagal mengurus ratusan karyawannya.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan yang juga petinggi Partai Hanura, Wiranto; demikian juga dengan Golkar dan Nasdem yang mengusung Ahok disebutnya sebagai para pengkhianat (bangsa).
“... Biarkan (para) pengkhianat bersatu biar jelas tahun 2017 siapa pengkhianat, siapa yang mendukung rakyat. Biarkan Wiranto menulis sejarah dia, apakah prajurit atau pengkhianat. Kalau saya ketemu jenderal itu, saya akan bilang Wiranto pengkhianat!"
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga disebut seorang pengkhianat, karena ketika menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, dia melindungi kebijakan Ahok dalam mengizinkan reklamasi di Teluk Jakarta.
"Luhut pengkhianat. Saya mengatakan ini dan saya tidak takut mati," katanya.