Kali ini, saya cuma mau cerita singkat pengalaman seru tapi konyol saya, yang terjadi pada 30 Mei 2015, setahun yang lalu, di perbatasan Singapura dan Johor Bahru, Malaysia.
Dua hari sebelumnya, saya dan adik saya sudah ke Johor lewat jalan darat untuk suatu keperluan penting.
Selesai urusan, saat kembali ke Singapura timbul ide kami untuk mencoba berpetualang dengan ke Kuala Lumpur (KL) dari Singapura menggunakan bus. Jadwal pun ditetapkan, Sabtu, 30 Mei 2015.
Singkat cerita, sesuai dengan rencana, Sabtu pagi itu kami tiba di Woodland Custom Imigration Qarantine (CIQ) Singapura, yang dua hari sebelumnya sudah kami lewati dengan lancar.
Namun Sabtu pagi itu sungguh berbeda, kami terkejut melihatnya, begitu banyak antrian orang di semua loket imigrasi yang jumlahnya sekitar 30 loket itu. Ruangan yang sebenarnya luas itu penuh sesak dengan ribuan orang mengantri di loket-loket imigrasi keberangkatan tersebut.
Kami pun menjadi bimbang, mau batalkan perjalanan itu, tetapi sudah terlanjur tiba di sana, dan rasanya sayang juga kalau hanya gara-gara antrian itu rencana perjalanan darat dari Singapura ke KL itu dibatalkan. Jadi, kami pun berketetapan untuk melanjutkan rencana semula, dengan ikut memperpanjang antrian di salah satu loket imigrasi keberangkatan itu.
Ternyata untuk mengantri sampai di loket imigrasi itu saja memerlukan waktu lebih dari 2 jam! Menjadi tidak nyaman lagi karena udara di dalam ruangan tersebut terasa sumpek karena begitu disesaki manusia.
Kenapa hari itu sampai begitu banyak orang dari Singapura mau ke Johor itu? Ternyata, karena saat itu adalah liburan panjang di Singapura dan Malaysia, menjelang Hari Raya Waisak, yang ditetapkan sebagai hari libur nasional pada Senin, 1 Juni 2015.
Kami baru tahu dan menyadarinya setelah bertanya kepada orang-orang yang sedang antri itu.
Pengalaman berharga bagi kami: lain kali jika mau ke Johor, Malaysia dari Singapura lewat jalan darat, dan tak ingin “menderita” seperti itu, jangan coba-coba pergi di hari liburan panjang.
Tapi, begitu kami turun dari Gedung Imigrasi itu, kami kembali terkejut, karena ternyata meskipun ada banyak bus di sana, di setiap bus pun terjadi antrian yang sangat panjang, terutama bus dengan jurusan ke KL.
Wah, ini kayaknya mirip benar dengan keadaan di terminal-terminal bus antarkota di Indonesia menjelang liburan panjang, nih!? Maklum, belum punya pengalaman pakai bus antarkota, atau tepatnya antarnegara, apalagi menjelang hari libur panjang ini, di negara orang lagi.
Melihat antrian yang begitu panjang, saya dan adik saya memutuskan untuk membatalkan saja rencana perjalanan dengan bus ke KL itu.
Jadi, kami mencoba membatalkannya di konter imigrasi Singapura yang ada di Gedung itu, dengan alasan terlalu kronit, antrian terlalu panjang.
Petugasnya suruh kami mengambil kembali dulu kartu imigrasi di loket yang tadi kami mengantri.
Waduh, mana ingat, tadi di loket mana antrian kami. Lagipula, mana bisa dengan kondisi antrian begitu panjang. Pasti kami akan kena marah petugasnya yang sedang kerepotan melayani begitu banyak orang.
Maka, kami pun terpaksa masuk terlebih dulu ke Johor Bahru, agar di paspor ada stempel masuk ke wilayah Malaysia.
Pemandangan di imigrasi kedatangan Singapura di Woodland hari itu sangat kontras dengan imigrasi keberangkatannya tadi, sepi antrian.
Jadi, di hari liburan panjang itu, ternyata arus mudik dari Singapura ke Malaysia itu luar biasa banyaknya, tetapi sebaliknya dari Malaysia ke Singapura sangat sepi. Tentu, nanti akan terjadi sebaliknya, di saat arus balik tiba.
Namun demikian, kekonyolan kami itu belum berhenti sampai di situ.
Belum menyerah, karena untuk sementara gagal ke KL, kami pun memutuskan dari Woodland ke Bandara Changi, dengan menggunakan taksi untuk mengejar jadwal pesawat terdekat menuju KL.
Sampai di sana, penerbangan yang terdekat adalah dengan pesawat Singapore Airlines, yang ternyata harga tiketnya pun mahal, maklum kan mau liburan panjang.
Kami sempat bimbang, apakah tetap nekad terbang dengan pesawat itu ataukah tidak, mengingat harga tiketnya yang tinggi itu.
Kami memilih hal yang bodoh, yaitu nekad terbang dengan pesawat SQ jurusan ke KL itu.
Sampai di KL sudah malam. Hanya sempat jalan-jalan di kompleks mall gedung kembar Petronas, dan keliling KL dengan bus wisata gratis.
Demikian pengalaman konyol yang saya dan adik saya lakukan di tahun 2015 itu.
Kami berjanji, tidak akan mengulanginya lagi. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H