Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bukti Ahok Tidak Nafsu/Haus Kekuasaan

21 Mei 2016   00:48 Diperbarui: 21 Mei 2016   01:29 3896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rusun Rawa Bebek, Jakarta Timur yang akan menjadi tempat tinggal sementara warga Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. (Kompas.com/David Oliver Purba )

Rabu, 18 Mei 2016, setelah menyusuri Sungai Ciliwung dengan perahu karet bersama rombongannya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan ia pasti akan melakukan penertiban (penggusuran) susulan (setelah di Kampung Pulo) terhadap warga yang masih menempati bantaran sepanjang Sungai Ciliwung itu.

Menurut Ahok, masih ada sekitar 50.000 warga (yang saat ini menempati pemukiman liar dan kumuh) di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung itu yang akan direlokasi ke dua rumah susun yang sekarang masih sedang dikerjakan, yaitu rusun di Pasar Minggu dan Pasar Rumput, yang nantinya akan dibuat terintegrasi dengan Pasar Rakyat.

Penggusuran yang diikuti dengan relokasi ke dua rusun tersebut, kata Ahok, baru bisa dilaksanakan pada (awal tahun) 2017. Tetapi, penggusuran dan relokasi itu sudah pasti.

Alasan Ahok melakukan penggusuran tersebut adalah demi suksesnya normalisasi sungai tersebut, yang akan dikerjakan sampai sepanjang 19 kilometer jauhnya. Program ini sebenarnya sudah dimulai sejak 2013, dan targetnya selesai di tahun 2016 ini, tetapi karena masih begitu banyaknnya gubug-gubug liar yang memenuhi bantaran sungai tersebut, maka proyek tersebut tidak bisa berjalan lancar, bahkan menjadi penghalang penuntasan proyek tersebut, karena proyek normalisasi sungai itu juga meliputi stelirisasi dari semua bangunan liar di sepanjang bantaran sungainya. Sampai sekarang baru selesai kurang dari 40-an persennya, atau sekitar 9 kilometer.

Karena sudah ditempati puluhan tahun lamanya, pemukiman kumuh di sana sudah penuh sesak, tak cukup lagi menampung penghuni barunya, sedangkan penduduk di sana terus berkembang semakin banyak. Maka ditempuh cara “mengreklamasi” sungai itu agar bisa dibangun lebih banyak lagi gubung-gubug di sana. Akibatnya lebar sungai pun semakin sempit, sendimensasinya semakin cepat, membuatnya semakin sempit dangkal.

Selain ingin menormalisasi Sungai Ciliwung dengan antara lain menggusur semua pemukiman kumuh di sana, Ahok juga ingin agar warga yang tinggal di sana memperoleh tempat tinggal yang layak, bersih, dan higinis. Ia merasa prihatin melihat kondisi gubug-gubug kumuh di sana yang sangat tidak layak ditinggal manusia.

Oleh karena itu ia merelokasikan mereka ke rusun-rusun yang sudah disediakan Pemprov DKI Jakarta itu, komplit dengan mebel, peralatan dapur, bahkan modal usaha bagi mereka yang ingin berdagang kecil-kecilan. Selain itu Pemprov juga akan menyediakan anak-anak sekolahnya, selain sekolah gratis, juga transportasi bis sekolah gratis, dan bis Transjakarta gratis bagi mereka pemegang KJS.

Ahok merasa heran, kenapa LSM-LSM, aktivis kemanusiaan, politisi, pengacara, anggota Dewan, yang selama ini melawannya dengan alasan kemanusiaan, sama sekali tidak menunjukkan keperduliannya terhadap kondisi warga yang tinggal di pemukiman-pemukiman kumuh itu. Sebaliknya, jika waktu penggusuran tiba, orang-orang itu pada bermunculan memprovokasi warga untuk menolak pindah dengan alasan melanggar HAM, dan sebagainya, bukan memberi mereka edukasi agar bersedia pindah yang sekaligus mendukung program pemerintah demi kepentingan umum.

Kepada para LSM, pengacara, anggota Dewan, dan aktivis kemanusiaan itu, seusai menyusuri Sungai Ciliwung itu Ahok berkata, "Apa kalian tega melihat warga DKI masih tinggal, seperti di ..., mohon maaf ya, kandang ayam. Ini enggak bisa!"

Siapakah yang bisa menyangkal kebenaran pernyataan Ahok mengenai gubuk-gubuk reot dan kumuh yang ada di bantaran Sungai Ciliwung yang lebih mirip "kandang ayam" daripada rumah manusia itu, seperti tampak di foto-foto di bawah ini:

(Sumber: metrotvnews.com)
(Sumber: metrotvnews.com)
(liputan6.com)
(liputan6.com)
(Sumber: Okezone.com)
(Sumber: Okezone.com)
(Sumber: Okezone.com)
(Sumber: Okezone.com)
(Sumber: Republika.co.id)
(Sumber: Republika.co.id)
Jawaban atas pertanyaan Ahok itu, kira-kira begini: Mereka tentu saja tega, bahkan rakyat miskin semakin tampak menderita itu semakin baik, karena tanpa masyarakat miskin tergusur itu, bagaimana bisa seorang pengacara yang hendak ikut pilkada DKI 2017 bisa kelihatan seperti seorang pembela warga miskin, yang sampai rela pasang badan demi mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun