Ketidaktulusan Suryo Prabowo yang menolak disebut rasis, tercermin pula pada tulisannya yang lain setelah tulisan tersebut di atas, yaitu yang terbaru dibuat, Kamis, 31 maret 2016 ini:
[caption caption="Face Book Suryp Prabowo"]
Guru Besar UI yang dimaksud adalah Sri Edi Swasono.
Apakah selain duta besar, Indonesia juga punya Guru Besar di Perguruan Tinggi pemerintah (UI) yang rasis?
Fakta sejarah: Singapura sudah sejak dahulu kala, sejak negara Malaysia belum terbentuk, memang mayoritas dihuni oleh etnis Tionghoa. Informasi yang menyebutkan awalnya Singapura mayoritas penduduknya orang Melayu, tetapi karena orang Tionghoa diberi kekuasaan, lalu "menendang" orang Melayu keluar dari Singapura, sehingga etnis Tionghoa menguasai Singapura, merupakan informasi sesat, sejarah yang sengaja dibelokkan untuk membenarkan sentimen rasis orang-orang rasis. Silakan belajar sejarah Singapura dari sumber-sumber terpercaya.
Selain Duta Besar, Indonesia juga punya Guru Besar yang rasis!
Sri Edi Swasono adalah menantu tertua Bung Hatta, kakak kandung Sri Bintang Pamungkas. Kedua bersaudara ini ternyata seua sekata sebagai penganut tulen rasisme anti-Cina.
Provokator Rasis Sri Bintang Pamungkas
Sebelum Yusron Ihza Mahendra menyebarkan kicauan rasisnya di akun Twitter-nya itu, mantan aktivis Sri Bintang Pamungkas, pada 14 Maret 2016 sudah lebih dahulu menyebarkan provokasi anti-Cina-nya lewat akun Twitter-nya.
Sri Bintang Pamungkas berkicau menyatakan bahwa meskipun orang Cina sudah bertahun-tahun hidup di Indonesia, mereka tetaplah bangsa asing, yang lewat mafia-mafia Cina-nya menjajah dan menguasai (ekonomi) Indonesia. Oleh karena itu orang Cina harus diusir keluar dari Indonesia, dengan cara mengulangi kerusuhan etnis seperti kerusuhan Mei 1998:
“SIAPKN diri di bulan MEI. KITA ULANG LG MEI 98. DENGAN ato TANPA TNI ato POLRI! @SBP”
Dari pernyataannya ini seolah-olah Sri Bintang “keceplosan,” mengatakan bahwa aktor-aktor di belakang kerusuhan Mei 1998 itu adalah dia dan kawan-kawannya, dengan bantuan oknum-oknum TNI dan Polri.