Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pamrih Ahok Saat Memberi Ponsel kepada Ibu Tukang Taman Itu

23 Maret 2016   21:21 Diperbarui: 23 Maret 2016   22:09 3074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="PHL Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat Maryati atau Tuti berfoto bersama Gubernur Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, Rabu 23/3/2016 (detik.com)"][/caption

Maryati alias Tuti (54) sudah 17 tahun bekerja sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) Pemiliharaan Jalur Hijau Jalan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta.  Dia bekerja di taman median Jalan Medan Merdeka Selatan, depan Monas dan Balai Kota. Ia sangat serius dan sepenuh hati menjaga taman itu. Jika ada warga yang membuang sampah sembarangan, buang air kecil di situ, Bu Tuti tidak segan-segan memarahi mereka. Jika bandel, sapu di tangan Bu Tuti pun ikut bicara, membuat pelakunya menghentikan perbuatan mereka.

Ia menjadi perhatian Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat diliput media daring, pada Selasa lalu (22/3) dengan berani mengusir para pengunjuk rasa yang membuang sampah dan merusak taman di depan Balai Kota yang selama ini dirawatnya.

Tuti lalu diundang Ahok untuk bertemu dan berdialog dengannya, di Balai Kota, Rabu, 23 Maret 2016. Sebelum mendengar laporan Tuti, Ahok menjamunya, makan sate dan soto bersama dengannya di kantor Ahok.

Ahok pun mendengar dengan seksama laporan  Tuti itu, mereka berdua berdialog dengan begitu cair, seolah-olah bukan antara seorang Gubernur dengan seorang tukang taman, tetapi antara dua sahabat.

Setelah mendengar laporan Tuti itu Ahok memberikan dia sebuah ponsel baru. Saat keluar dari Balai Kota, dengan bangga  Tuti menunjukkan kepada wartawan ponsel baru pemberian Ahok bermerek Samsung Galaxy J5 kepada wartawan. Di pasaran harga ponsel itu sekitar Rp 2,5 juta per unit.

Tetapi, rupanya pemberian Ahok itu bukan cuma-cuma, tapi ada pamrihnya!

Pamrih Ahok itu adalah pamrih yang positif.

Tentu saja karena ponsel itu merupakan suatu pemberian pribadi, bukan pinjaman, maka ponsel itu kini menjadi milik  Tuti sepenuhnya. Ahok hanya minta kepada  Tuti agar nanti jika ada orang yang masih buang sampah sembarangan, buang air kecil sembarangan, merusak tamannya, supaya mereka itu dipotret! Lalu hasil potret itu dikirim kepada Ahok. Nanti, bagian Ahok-lah yang menindak para pelanggar hukum itu.

Jika sampai Ahok yang bertindak, yang memarahi para pelanggar hukum itu, mereka tentu tidak bisa mengabaikannya seperti mereka mengabaikan  Tuti, mereka tidak mungkin berani melawan Ahok, karena selain Ahok memang sangat galak dan tak pernah mengenal kompromi soal yang begini-begini, juga yang terpenting adalah mereka telah melakukan pelanggaran hukum Perda tentang kebersihan lingkungan dan kota. Ahok mempunyai bukti berupa foto yang diperoleh dari  Tuti itu. Bila perlu Ahok publikasikan saja foto-foto itu.

Yang pasti juga Ahok tidak hanya akan memarahi orang-orang tidak tahu aturan itu, tetapi ia pasti dengan tegas ia akan menerapkan sanksi hukum yang terdapat Perda DKI tentang larangan buang sampah sembarangan, buang air kecil sembarangan, dan merusak aset Pemprov DKI. Minimal sanksi denda yang cukup besar akan dijatuhkan kepada orang-orang ini, sehingga mereka jera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun