Sedangkan mengenai apa yang disebutnya sebagai teror-teror menakutkan, mengerikan, dan menyeramkan itu hanyalah karangannya saja, sebab sesungguhnya tidak ada yang namanya teror-teror dari pihak Pemprov DKI Jakarta itu, apalagi pakai embel-embel menyeramkan, menakutkan dan mengerikan segala.
Bentrokan yang terjadi antara warga dengan aparat saat penggusuran di Kampung Pulo tempo terjadi karena warga yang terus saja ngotot menuntut pembayaran ganti rugi, lalu lebih dulu  menyerang aparat. Yang terluka ketika itu bukan hanya warga saja, tetapi juga aparat.
Sudah lama menjadi rahasia umum, sebagaimana di kawasan lain yang mirip dengan Kalijodo, oknum tentara dan oknum polisi menjadi beking dari semua kegiatan ilegal di baliknya. Diduga kuat yang menjadi pembeking di Kalijodo itu melibatkan pejabat di level yang tak rendah. Itulah sebabnya diperlukan pengamanan dari pihak kepolisian, maupun TNI.
Oleh karena itu juga Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya Mayor Jenderal Teddy Lhaksmana dan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengerahkan kekuatan penuh anak buah mereka yang bergabung bersama Satpol PP Pemprov DKI Jakarta, saat melakukan razia dengan nama operasi Pekat (Penyakit Masyarakat), pada Sabtu, 20 Februari lalu itu.
Meskipun secara resmi tidak diakui bahwa razia itu dalam rangka persiapan penggusuran besar-besaran yang akan dilakukan pada 29 Februari nanti, tak bisa disangkal bahwa razia tersebut berkaitan dengan rencana penggusuran itu.
Razia itu dilakukan demi melancarkan pelaksanaan penggusuran tersebut, dengan merazia kemungkinan adanya senjata tajam atau alat-alat lainnya yang akan digunakan untuk menyerang aparat sebagaimana yang terjadi di Kampung Pulo tempo hari.
Kekhawatiran itu terbukti benar, dengan ditemukan 400-an anak panah, ditambah ratusan senjata tajam lainnya seperti tombak, samurai, clurit, badik, dan parang, di Cafe Intan milik tokoh Abdul Aziz, tokoh kawasan Kalijodo, selain ribuan botol minuman keras, dan ratusan keping video porno, dan ratusan buah kondom.
Kemungkinan besar peristiwa yang lebih berdarah daripada bentrokan di Kampung Pulo yang akan terjadi, dengan senjata tajam yang sedemikian banyak, kemungkinan besar juga akan jatuh korban jiwa di kedua belah pihak.
Bisa jadi, diam-diam skenario seperti itulah yang yang dikehendaki oleh pihak-pihak tertentu. Untuk apa lagi, kalau bukan demi kepentingan politik menghancurkan Ahok? Jika peristiwa berdarah dengan jatuh korban jiwa itu sampai terjadi, Ahok akan sangat terpojok, ia bukan saja akan dikecam habis-habisan, tetapi  alasan untuk melengserkannya akan menjadi sangat kuat, dan tak tertutup kemungkinan ia akan diadili pula.
Maka itu, saya heran juga, kenapa pakar seperti JJ Rizal itu tidak melihat hal-hal seperti ini? Ia begitu gencar menyerang kebijakan Ahok dalam kasus-kasus seperti kasus Kalijodo ini. Ia mengecam Ahok yang disebutnya sampai mengerahkan ribuan polisi dan tentara, tetapi anehnya, dia diam seribu bahasa ketika dalam razia itu aparat menemukan begitu banyak senjata tajam. JJ Rizal sama sekali tidak berklomentar apa pun tentang penemuan begitu banyak senjata tajam di sana.