Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Air Bersih dan Gedung Kantor Bupati Fakfak yang Megah

20 Februari 2016   15:16 Diperbarui: 21 Februari 2016   10:18 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PDAM Fakfak juga menjual air di salah satu wilayah yang terdapat ujung pipa yang bisa dibuka penutupnya, dari situ air diambil untuk dijual ke warga dengan harga Rp. 1.000 per jerigen berkapasitas 20 liter. Jerigen dibawa warga sendiri, PDAM hanya menjual airnya. Tentu hal ini selain merepotkan, warga juga harus menambah biaya transportasi pergi-pulang untuk membeli air di sana.

Sumur air tidak memungkin digali di Fakfak, karena tanah Fakfak adalah tanah dengan banyak bebatuan yang keras-keras.

Kenapa pasokan air PDAM di Fakfak itu nyaris terhenti sama sekali?

Belum ada penjelasan resmi pihak PDAM ke masyarakat.

Konon kabarnya dikarenakan ada pipa utama PDAM dari Kali Mati (salah satu sumber air PDAM) yang bocor, jika benar, entah kenapa belum juga diperbaiki sampai sekarang.

Sedangkan sumber air lainnya di Kali Air Besar, tidak sanggup mengalirkan airnya sampai ke daerah perkotaan.

Kabar lain mengatakan, ada warga yang membocorkan pipa PDAM untuk diambil airnya, untuk dipakai sendiri, maupun untuk dijual ke para pedagang air yang berjualan dengan truk-truk di kota itu.

Berikut ini adalah foto-foto masyarakat kota Fakfak yang sedang mengambil air dari sebuah sungai di Werba, di luar kota Fakfak (Foto-foto: Alex Ferdinand):

Fenomena ini masih terus berlangsung sampai sekarang, tetapi seolah-olah PDAM menutup mata, pura-pura tidak tahu.

Pada saat keadaan normal pun pasokan air tetap tidak normal. Karena yang disebut normal itu, ternyata adalah aliran yang hanya berlangsung selama 1-2 bulan, dengan per minggunya 2 kali mengalir, per 3 jam, secara bergilir dari rumah ke rumah.

Saat ada rumah yang terkena giliran mengalir di tengah malam, atau dini hari, maka si empunya rumah terpaksa bergadang menunggu air mengalirnya air, untuk ditampung ke sebanyak mungkin wadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun