Kemarin, Rabu (2/12), di sidang Mahkamah Kehormatan (MKD) DPR-RI diperdengarkan rekaman percakapan utuh Setya Novanto, Riza Chalid, dan Maroef Sjamsoeddin. Dari rekaman tersebut terungkap pula beberapa hal menarik lainnya yang diperbincangkan ketiga orang ini selain percakapan inti mereka tentang perpanjangan kontrak karya Freeport, permintaan saham kosong yang mengatasnamakan Jokowi dan Jusuf Kalla, dan seterusnya.
Salah satu hal yang menarik perhatian adalah penuturan suara yang diduga Riza Chalid tentang Megawati yang pernah memaki-maki Presiden Jokowi, di Solo, di hadapan para petinggi Koalisi Indonesia Hebat (KIH), karena Jokowi bersikeras membatalkan pengangkatan Komjen (Polri) Budi Gunawan sebagai Kapolri, padahal Megawati bersikras, apapun yang terjadi Budi Gunawan yang harus menjadi Kapolri.
"Di Solo ada… ada Surya Paloh, ada si Pak Wiranto, pokoknya koalisi mereka. Dimaki-maki, Pak, Jokowi itu sama Megawati di Solo. Dia tolak BG," ucap suara yang diduga Riza Chalid itu.
Riza juga mengungkap rasa heran bercampur kekagumannya terhadap Jokowi yang berani melawan Megawati itu, dengan berkata, "Gila itu, sarap itu. Padahal, ini orang baik kekuatannya apa, kok sampai seleher melawan Megawati.”
***
Pada 24 Februari 2015, saya pernah menulis sebuah artikel di Kompasiana, dengan judul Siapa yang Berani Memarahi Presiden Jokowi di Depan Umum? Di artikel itu saya mengulas tentang adanya isu yang menyebutkan ada seorang petinggi partai politik yang memarahi Jokowi di depan umum karena dia hendak membatalkan pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kapolri, lalu saya mencoba menganalisis siapakah petinggi partai politik itu.
Artikel yang saya tulis berdasarkan informasi yang saya baca di Majalah Tempo. Bahwa berdasarkan informasi dari orang dekat Jokowi, Jokowi sempat curhat kepadanya tentang sikap seorang petinggi partai yang memarahinya di depan umum karena tidak mau melantik Budi Gunawan.
Jokowi bilang, ia sangat sedih dan kecewa, harga dirinya terasa dilecehkan, sesungguhnya ia tak bisa menerimanya, karena di suatu pertemuannya dengan para petinggi KIH, di Solo, ada seorang petinggi partai yang memarahinya di hadapan banyak orang, di hadapan para petinggi partai-partai itu!
Tempo tidak menyebutkan siapa sebenarnya petinggi partai politik yang dimaksud. Mungkin juga sumber Tempo itu memang tidak menyebutkan nama. Dari informasi di Tempo itu, lalu saya mencoba menganalisa dengan menulis artikel tersebut, siapa sebenarnya yang begitu berani, dan begitu tidak menghargai Jokowi sebagai Presiden, sampai bisa memarahi Jokowi yang nota bene adalah seorang Presiden RI, di depan umum seperti itu.
Sudah menjadi rahasia umum ketika itu, Megawati-lah yang punya inisiatif dan keinginan besar agar Budi Gunawan, bekas ajudannya di kala ia menjadi Presiden itu diangkat Presiden Jokowi sebagai Kapolri.
Kehendak Megawati itu sempat dipenuhi Presiden Jokowi, dengan menetapkan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri, 10 Januari 2015. Tetapi hanya tiga hari setelah itu (13 Januari), dua pimpinan KPK, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto membuat kejutan besar, dengan mengumumkan KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka penerima gratifikasi.