Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Kali Maut Mengintai Saya

29 Oktober 2015   08:52 Diperbarui: 29 Oktober 2015   09:18 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seketika itu saya langsung sadar, rumah kami baru saja kemasukan penjahat, perampok spesialis rumah kosong. Saya mulai panik, tetapi berusaha tetap tenang. Saya langsung berlari keluar rumah, hendak minta pertolongan, tetapi tidak ada orang sama sekali, sepanjang jalan di depan rumah sangat sepi. Padahal hanya sekitar 70 meter dari rumah saya itu ada pos satpam-nya. Pos itu juga kosong. Lalu, saya cepat-cepat telepon polisi. Sekitar 10 menit kemudian sejumlah polisi dengan beberapa sepeda motor tiba di rumah saya. (Mengenai kedatangan polisi-polisi itu, saya punya cerita tersendiri lagi, yang cukup “seru”).

Setelah itu, setelah pikiran bisa lebih tenang, barulah saya merenung, bagaimana jika ketika saya tadi masuk rumah itu penjahat-penjahat itu masih ada? Penjahat itu pasti tidak sendirian, pasti lebih dari satu orang , dan pasti juga membawa senjata, entah senjata tajam dan/atau senjata api. Seandainya saja ketika saya masuk dan memergoki mereka, hampir pasti saya akan dihabisi.

Kisah rumah saya yang kemasukan maling ini, pernah saya tulis di Kompasiana.

Sekitar tiga bulan kemudian, saya membaca berita, di Bandung ada orang yang ketika pulang ke rumahnya, memergoki ada beberapa penjahat yang sedang beraksi merampok barang-barang berharga di rumahnya. Baik pemilik rumah, maupun para penjahat itu terkejut. Lalu, si pemilik rumah itu berlari ke luar rumahnya, dikejar penjahat-penjahat itu. Ketika jarak antara mereka sudah dekat, penjahat yang mengejar pemilik rumah itu menebas senjata tajamnya ke tubuh pemilik rumah itu, sampai dia terjatuh, lalu ditebas lagi sampai meninggal dunia.

Dalam kejadian kemalingan di rumah saya itu, kehilangan banyak barang berharga, seperti 2 buah laptop, 2 buah handy cam, jam tangan, dan ponsel. Nilai totalnya mencapai ratusan juta rupiah. Tetapi, saya tetap bersyukur karena saya tidak sampai celaka. Harta masih bisa dicari, tidak demikian dengan nyawa.

Saya merenung, dengan kejadian-kejadian yang menimpa saya itu, berarti Tuhan sayang saya, Dia tak menghendaki celaka-celaka itu sampai menimpa saya. Terima kasih, Tuhan. Amin. *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun