Gagasan feodalisme Setya Novanto dan kawan-kawannya sesama pimpinan DPR itu sebenarnya tak mengherankan karena saat ini saja mereka mempunyai jalan khusus berkarpet merah dengan lift khusus pula di Gedung DPR. Hanya pimpinan DPR, MPR dan DPD saja yang boleh melewati jalan dengan karpet merah tebal itu.
Karpet merah itu terhampar dari pintu masuk lobi hingga ruang kerja Setya Novanto di Lantai 3 Gedung Nusantara III. Jangankan rakyat biasa, anggota DPR biasa pun jangan harap boleh melewati jalan “feodalisme” tersebut, karena diberi pembatas khusus, dan dijaga oleh petugas keamanan Gedung DPR.
Jalan berkarpet merah itu baru disorot dan diprotes oleh Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat kepada Setjen DPR, setelah terdengar kabar mengenai kehadiran Setya Novanto di konferensi pers kampanye bakal calon Presiden Amerika Serkat Donald Trump itu.
Atas protes itu, ditambah dengan tekanan dari masyarakat kepada DPR, akhirnya karpet merah tebal itu digulung kembali dan disimpan oleh Setjen DPR.
Selama itu pula, karpet merah tebal tersebut hanya boleh dilintasi pimpinan DPR, DPD, dan MPR, serta para tamunya. Rakyat biasa yang sedang berkunjung ke Parlemen jangan harap bisa berjalan di atasnya karena karpet empuk tersebut dikelilingi pembatas khusus sejak dari pintu lobi sampai menuju lift.
Pada saat yang sama, satu dari empat lift di Gedung Nusantara III juga disiapkan khusus untuk pimpinan DPR. Bahkan, ketika pimpinan DPR menerima Perdana Menteri Timor Leste Rui de Maria Araujo di Lantai 3, Rabu (26/8), dua dari empat lift pun diblok. Tentu saja hal ini membuat Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang sempat kesulitan mengakses lift saat akan menuju ruang kerjanya di Lantai 5.
Saat Setya Novanto pulang dari Amerika Serikat nanti, dan ke Gedung DPR, ia pasti kaget karena jalan kesayangannya itu ternyata sudah tidak ada. Apakah ini suatu pertanda bahwa ia memang akan dijatuhi sanksi yang berat oleh MKD DPR? Semoga. *****
Sumber informasi: