Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kasus Setya Novanto-Donald Trump, Mengungkapkan Sisi Lain Ketua DPR Itu

10 September 2015   16:08 Diperbarui: 10 September 2015   16:57 21340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran Ketua DPR Setya Novanto di konferensi pers untuk kampanye bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, di New York, pada 3 September lalu, yang membuat heboh Indonesia itu, juga secara tak langsung mengungkapkan sisi lain dari Setya Novanto.

Ketika Setya berjabat tangan dengan Trump, tangan kanannya diangkat sedemikian rupa, sehingga kelihatan jam tangan yang dikenakannya. Menurut pengamatan pakar jam tangan mewah, jam tangan yang dikenakan Setya itu mereknya “Richard Mille”. Harganya mencapai miliaran rupiah. Beberapa kali lipat lebih mahal daripada jam tangan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, dan Pangeran William dari Inggris. Mungkin juga lebih mahal daripada jam tangannya Donald Trump sendiri.

Mungkin saja Setya sengaja memakai jalm tangan seper  mewah itu untuk bisa mengangkat dirinya sederajat dengan Donald Trump yang dianggapnya lebih tinggi daripadanya, padahal derajat orang dipandang tinggi dari perilakunya, bukan dari jam tangan atau apapun  yang dikenakannya.

Hal ini juga membuktikan bahwa Setya Novanto gemar akan kemewahan. Richard Mille yang dikenakannya itu mungkin saja bukan satu-satunya jam tangan super mewah koleksinya. Itu baru jam tangan, belum lainnya.

Sebenarnya adalah hak pribadinya Setya Novanto untuk memiliki jam tangan atau benda lainnya semewah apapun sepanjang itu semua didapat dari sumber-sumber yang legal. Namun demikian sebagai pejabat negara, Setya seharusnya bisa menahan diri untuk tidak “memamerkan” kemewahannya itu kepada rakyat Indonesia yang sebagian besar masih hidup dalam keprihatinan.

Di Tiongkok saja, misalnya, yang merupakan negara dengan perekonomiannya terbesar di dunia, dan rakyatnya jauh lebih makmur daripada Indonesia, negaranya sangat ketat dan serius dalam mengawasi kehidupan mewah para pejabat negaranya. Mereka yang yang ketahuan bergaya hidup mewah, akan dipecat dari jabatannya. Kemudian diusut sumber kekayaannya, jika korupsi, pasti dihukum berat, mungkin saja dihukum mati.

Setya Novanto diketahui terakhir melaporkan harta kekayaannya (LHKPN) ke KPK pada April 2009, saat ia mulai menjadi anggota DPR periode 2009-2014. Total LHKPN Setya yang dilaporkan ketika itu adalah Rp 73,79 miliar dan USD 17.781. Sedangkan harta kekayaannya saat ini belum diketahui/dilaporkan. Berselang 6 tahun dari 2009 itu tentu harta kekayaannya sudah bertambah banyak. Dengan kata lain Setya Novanto tergolong pejabat negara dengan kekayaan pribadi yang cukup besar.

Namun demikian hal itu juga membuktikan bahwa kekayaan yang besar tidak mengurangi hasrat seorang Setya Novanto untuk aji mumpung menikmati uang negara untuk keperluan pribadi dan bisnisnya. Mumpung dibiayai negara ke Amerika Serikat, sekalian saja bawa istrinya, dan mumpung juga sekalian mengurus urusan bisnis investasi pribadinya di Indonesia bersama Donald Trump.

Supaya urusan bisnis dengan Trump bisa semakin lancar, maka ia pun berupaya mengambil hati Donald Trump sekaligus mengangkat derajat dirinya  dengan menghadiri acara konferensi persnya itu. Memujinya, dan secara lancang menyatakan, benar, rakyat Indonesia sangat menyukai Donald Trump. Lupa diri bahwa ia datang ke Amerika Serikat itu dalam tugas kenegaraan atas biaya negara pula, dan saat menghadiri konferensi pers kampanye Donald Trump itu pun masih mengenakan pin DPR-RI di stelan jasnya itu.

Mumpung dibiayai negara, maka Setya Novanto, Fadli Zon dan para anggota DPR lainnya itu pun menyewa  kamar hotel yang mewah pula. Tarifnya sekitar Rp. 19 juta per kamar per malam. Mumpung dikasih uang saku oleh negara sebesar sekitar Rp. 7,5 juta per orang per hari, kenapa tidak sekalian jalan-jalan berbelanja di New York, Washington, Los Angeles dan San Fransisco.

Sejak 30 Agustus lalu, Setya, Fadli Zon, dan beberapa kolega mereka dan istri serta anak-anaknya sudah berada di Amerika Serikat. Resminya Setya dan para koleganya itu terbang ke New York untuk menghadiri Konferensi Dunia IV Pimpinan Parlemen di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa yang digelar 31 Agustus-2 September 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun