Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

Begitu Sederhananya Proses Kelahiran Republik Indonesia  

12 Agustus 2015   00:29 Diperbarui: 12 Agustus 2015   00:29 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka juga menyebarkan berita itu dari mulut ke mulut, menggunakan telepon, telegram, menyebarkan selebaran, mengetuk pintu dari rumah ke rumah memberitahukan kabar itu.

Semakin lama semakin banyak rakyat yang berkumpul di rumah Soekarno itu, sampai ada sekitar 500 orang dari berbagai kalangan. Mereka dengan perasaan tegang dan senang menunggu detik-detik pernyataan kemerdekaan Indonesia dari mulut Bung Karno itu.

Baru tertidur beberapa menit, Fatmawati menguncang-guncang tubuh Soekarno untuk membangunkannya, memberitahukan kepadanya bahwa rakyat yang berada di luar rumah itu sudah berteriak-teriak tak sabar meminta Bung Karno segera menyatakan kemerdekaan Indonesia itu. Muka Soekarno pucat, dan tubuhnya terasa masih gemetar.

Dalam keadaan demikian ia masih berpikiran tenang, Soekarno mencari Mohammad Hatta. Tanpa Hatta, ia tak mau membaca teks Proklamasi itu.

Ketika Hatta akhirnya datang bertemu Soekarno, tidak ada suasana yang dramatis sama sekali. Semuanya berjalan seperti biasa, seperti bukan dalam keadaan detik-detik menjelang pernyataan kemerdekaan itu.  Tidak ada dari mereka yang hadir di sana ketika itu, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta yang berada dalam kondisi semangat menyala-nyala. Mereka berdua dalam kondisi yang sangat letih, dan ada sedikit rasa tegang dan takut.

Demikian juga suasana selanjutnya, tak ada sama sekali suatu susunan acara yang dibuat terlebih dahulu, semuanya berjalan spontan begitu saja. Seorang perwira PETA yang tertua, Tjudantjo Latif Hendraningrat masuk dan bertanya, “Apakah Bung Karno sudah siap?” Mereka mengangguk, dan Soekarno pun mulaiberjalan keluar diikuti Hatta, Fatmawati, dan beberapa orang lainnya di belakangnya.

Soekarno berjalan menghampiri sebuah mikrofon yang dicuri dari stasiun radio Jepang dan dengan ringkas membaca pernyataan kemerdekaan Indonesia.

Fatmawati sudah membuat sebuah bendera dari dua potong kain, merah dan putih. Ia menjahitnya dengan tangan. Itulah bendera resmi pertama negara baru yang bernama Indonesia. Tiang benderanya sendiri hanya merupakan sebatang bambu yang dipotong tergesa-gesa, ditancamkan begitu saja. Kemudian dikibarkan sang saka Merah-Putih itu.

Tidak ada orang yang ditugaskan untuk mengerek bendera. Tiada persiapan untuk itu. Kapten Latif Hendraningrat yang berada di dekat tiang berinisiatif mengambil bendera itu, mengikatkan pada tali, dan mengibarkannya. Seorang diri, dengan kebanggaan. “Yah, untuk pertama kalinya setelah tiga setengah abad … !” kata Soekarno di buku otobiografinya itu.

[caption caption="(sumber: Wikipedia)"]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun