Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Hari Bersejarah yang Menentukan "Kompas" Bisa Eksis Sampai Sekarang

29 Juni 2015   09:34 Diperbarui: 29 Juni 2015   09:34 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakob berterima kasih kepada Tuhan karena Kompas bisa berdiri sebagai lembaga yang idealis, sekaligus mengembangkan bisnis yang membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

....

Dalam kesempatan itu, Jakob berterima kasih secara khusus kepada almarhum P.K. Ojong yang menjadi salah satu perintis serta pendiri Kompas. Tak lupa, ucapan terima kasih juga disampaikannya kepada rekan kerja serta karyawan Kompas yang sudah berjasa dalam mengembangkan Kompas.

"Seperti para pemasang iklan, pelanggan, narasumber, kontributor artikel, dan mereka yang bekerja di bagian bisnis serta distribusi. Berterima kasih kepada semua pimpinan dan karyawan," ucap Jakob lagi.

Selain dukungan dari para karyawan, Jakob menilai Kompas tidak akan bisa berdiri jika tidak diberi ruang oleh pemerintah. Karena itulah, Jakob juga menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada pemerintah yang telah memberi ruang kepada Kompas untuk bisa terus hidup serta mencerdaskan masyarakat melalui usaha media massa.

"Kompas jadi seperti sekarang akibat kerja keras, tiada hari tanpa berterima kasih. Pantas kita ucapkan, semua tidak secara kebetulan, tetapi selalu dalam penyelenggaraan Allah," tutur dia.

Dalam rentang 50 tahun, terbentang pergulatan jatuh bangun Kompas. Ada keberhasilan, tetapi ada juga kegagalan yang dialami dalam kondisi sosial, politik, budaya, dan perekonomian.

Kompas pun pernah ditutup pada 20 Januari hingga 5 Februari 1978. Hingga pada 6 Februari, Kompas diizinkan untuk terbit kembali. "Kami mulai dari serba nol, modal kami adalah tekad dan semangat. Media adalah eksistensi masyarakat. Kompas juga tumbuh sesuai dengan perkembangan bangsa dan negara," ucap Jakob.

Saat menggagas Kompas bersama dengan PK Ojong, Jakob memaknai Kompas sebagai realitas Indonesia. Koran baru yang menjadi reperkusi sekaligus fotokopi Indonesia mini. "Media yang kami rintis, dirikan, dan kembangkan itu sebuah kebinekaan dalam kesatuan, Bhinneka Tunggal Ika, ciptaan Empu Tantular yang menjadi semboyan negeri tercinta, Indonesia," kata Jakob.

Ke depan, Jakob mengingatkan soal tantangan Kompas yang semakin berat. Tantangan untuk terus tumbuh di tengah era multimedia, multichannel, dan multiplatform.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun