Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Hari Bersejarah yang Menentukan "Kompas" Bisa Eksis Sampai Sekarang

29 Juni 2015   09:34 Diperbarui: 29 Juni 2015   09:34 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa Kompas dibredel?

Seperti yang sudah disebutkan, setiap kali melakukan pembredelan terhadap media mana pun, penguasa Soeharto tidak pernah memberi alasannya. Media bersangkutan harus tahu sendiri kesalahan apa yang mereka perbuat dengan artikelnya kepada pemerintah, termasuk meskipun tak merasa bersalah, seperti yang dirasakan Kompas.

Namun demikian diduga kuat pembredelan Kompas itu ada kaitannya dengan pemberitaan dan artikel tentang situasi politik ketika itu yang sedang panas-panasnya. Mulai November 1977 sampai dengan Januari 1978, demontrasi-demontrasi mahasiswa anti Soeharto marak di beberapa kota besar, mulai dari memperingati Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) sampai mengerucut kepada menuntut Soeharto meletakan jabatannya. Salah satunya demonstrasi besar berujung rusuh di Surabaya.

Tajuk Rencana Kompas, 16 Januari 1978, berjudul “Aspirasi Mahasiswa” ditulis Jakob Oetama, pada intinya berpendapat bahwa aksi-aksi unjuk rasa para mahasiswa itu perlu mendapat perhatian dan diakomodir.

“... Aspirasi yang dibawakan para mahasiswa itu seberapa jauh benar dan akan membawa manfaat untuk kelanjutan pembangunan, keadilan, kemakmuran, demokrasi Pancasila, ketahanan nasional, kesegaran iklim, dan pembaruan motivasi.

Kita diminta terbuka dan jujur karena memang ikut terlibat berbagai kepentingan status quo di sini. Ini bisa mempengaruhi pandangan obyektif dan subyektif, bisa mengaburkan sikap kenegarawan.”

Setelah Jakob Oetama bersama dengan para pemimpin Redaksi media lainnya yang terkena nasib yang sama menandatangani pernyataan minta maaf dan janji setia kepada pengasa itu dilakukan di Sekretariat negara, Jakarta,  keesokan harinya, 6 Februari 1978 harian Kompas pun terbit kembali. Di halaman depannya dimuat karikatur Oom Pasikom karya G.M. Sudarta, yang tersenyum lebar sambil mengucapkan: “Selamat Pagi!” Tentu kepada para pembaca setianya.

 

Pada edisi itu juga Jakob menulis di “Tajuk Rencana” seolah-olah memperkuat pernyataan permohonan maafnya itu kepada penguasa Presiden Soeharto:

Maka bersyukurlah kami, bahwa pada akhirnya harian ini diperkenankan terbit kembali. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut memungkinkan terbitnya kembali surat kabar ini.

....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun